Model evaluasi pembelajaran crossword (teka-teki silang) memberikan dampak positif bagi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Dampak postif itu terutama berkaitan dengan berfikir kritis  dan disiplin peserta didik. "Hampir satu bulan kami menerapkan model pembelajaran TTS di seluruh kelas 8 SMP Negeri 6 Klaten. Hasilnya sangat siknifikan. Sebagian besar peserta didik memiliki nilai di atas rata-rata minimal. Sehingga bisa disimpulkan model pembelajaran dengan TTS ini sangat tepat untuk proses pembelajaran PPKN".
Penerapan model pembelajaran dengan TTS diujicobakan terhadap seluruh peserta didik kelas 8 dengan materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhinnaka Tunggal Ika. Sebelumnya dengan materi yang sama peserta didik kurang menguasai dan hasil yang diperolehnya pun masih di bawah nilai  kentutasan minimal (KKM). Namun, setelah diterapkan evaluasi dengan model TTS hasilnya sangat menggembirakan. "Rata-rata peserta didik mendapatkan hasil proses pembelajaran  di atas 79. Artinya, ketuntasan pembelajaran PPKn secara klasikal dapat tercapai".
"Di samping itu proses evaluasi pembelajaran TTS menjadikan anak ktitis dan memiliki tanggungjawab yang tinggi," papar Ari Priyanti, S.Pd, guru PPKn dalam diskusi terbatas dalam forum MGMP sekolah, Senin (2/3) kemarin. Menurutnya, TTS merupakan model evaluasi pembelajaran yang sebenarnya bukan baru, sudah cukup lama dikenal dilingkungan masyarakat. Sehingga TTS ini dilingkungan dunia Pendidikan juga sudah tidak asing lagi. Pada kenyataannya TTS ini disukai dari lingkungan anak-anak, remaja hingga dewasa.
Crossword, lanjut Ari Priyanti ini,  memang menarik, karena melibatkan seluruh peserta didik sejak kegiatan pembelajaran dimulai. Peserta didik diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental, tetapi juga melibatkan fisik.  Dengan begitu peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Di samping itu, crossword dapat untuk merivieu (meninjau ulang) materi-materi yang sudah disampaikan atau diberikan. Peninjauan ini berguna untuk memudahkan proses peserta didik dalam mengingat-ingat kembali materi yang telah disampaikan, akibat lebih jauh peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
Secara ekplisit memang crossword dapat membengun saraf-sarat otak yang memberi efek penyegaran ingatan, sehingga fungsi kerja otak kembali optimal, karena otak dibiasakan untuk terus menerus belajar dengan santai. "Meski belajar dengan TTS tetap santai, dan hasilnya bias maksimal, ujar Ari Priyanti menambahkan. Adapun langkah pembelajaran crossword adalah sebagai berikut : langkah pertama mencurahkan gagasan (brainstorming) berkaiatan dengan materi sumpah pemuda dalam bingkai Bhinneka Tungga Ika, Selanjutnya menyusun teka-teki silang sederhana yang mencakup item-item materi. Bagikan teka-teki kepada peserta didik dan diikuti dengan aturan pengisian, termasuk di dalamnya isian mendatar dan menurun.  Selanjutnya ditentukan batas waktu, dalam hal ini  kita menetukan 60 menit, dan bagi yang menyeleaikansecara tepat dan  tercepat menadapat reword (hadiah).
Nah, dalam pemebalajaran crossword (TTS) yang terpenting adalah akan terlihatnya pembelajaran yang kondusif, -penguasaan kelas baik- anak menjadi antusias, semangat dan yang lebih penting mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.Inilah pembelajaran yang perlu terus dikembangkan dengan memodifikasi disana sini. Semoga kedepan terus dikembangkan dalam rangka mewarnai khasanah kemajuan Pendidikan. (Diq)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H