Diskursus ini penting karena menunjukkan bahwa iman dapat diimbangi dengan penalaran logis dan eksplorasi mendalam tentang makna dan tujuan hidup. Dengan menggabungkan pemahaman tentang kehendak bebas, perkembangan moral, dan kebijaksanaan Tuhan yang melampaui pemahaman manusia, teodisi berfungsi sebagai jembatan bagi umat beragama untuk memahami dan menghadapi penderitaan dengan
PENUTUPÂ
Dari pembahasan di atas dapat ditegaskan kembali bahwa dualisme wujud, yakni kejahatan dan kebaikan, pada dataran fenomenalnya memang ada, tetapi pada essensinya hanya ada kebaikan. Pandangan ini merupakan konsekuensi dari kenyataan bahwa Tuhan sebagai wajib al-wujud adalah Maha Baik, Maha Adil dan Maha Sempurna sehingga apa pun yang melimpah dari-Nya pasti mengandung esensi kebaikan.Â
Dalam hal ini Muthahhari menegaskan bahwa pada dataran fenomena tidak ada "kejahatan sejati" maupun "kebaikan sejati", sedang pada dataran noumena hanya ada satu esensi, yakni kebaikan, karena substansi kejahatan benar-benar merupakan ketiadaan murni Sementara Berger menggunakan konsep Teodisi untuk memberikan makna terhadap penderitaan yang dialami manusia di dunia, dengan sekaligus menjanjikan kebahagiaan 'di dunia sana'.Â
Dalam hubungan ini agama jelas merupakan sebuah kekuatan alienasi. Alienasi oleh Berger dimengerti sebagai terputusnya hubungan dialektik antara individu dengan dunianya. Menurut Berger teodisi mempengaruhi secara langsung setiap individu dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. Salah satu fungsi sosial penting teodisi adalah sebagai penjelasan hak kesetaraan dalam sebuah kekuasaan dan keistimewaan yang diperoleh seorang manusia dari Tuhan.
Daftar Pustaka
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article/view/2
Augustine. The City of God. Cambridge University Press, 1998.
Hick, John. Evil and the God of Love. Palgrave Macmillan, 2010.
Plantinga, Alvin. God, Freedom, and Evil. Wm. B. Eerdmans Publishing, 1977.
Swinburne, Richard. Providence and the Problem of Evil. Oxford University Press, 1998.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H