Kebebasan ini, menurut pandangan ini, merupakan suatu kebaikan yang tinggi sehingga keberadaannya lebih baik daripada dunia tanpa kebebasan tetapi tanpa kejahatan. Dalam dunia di mana manusia tidak dapat memilih, mereka juga tidak akan dapat mengembangkan nilai-nilai moral yang berharga, seperti tanggung jawab, empati, dan kasih sayang. Misalnya, kasih yang muncul dari kebebasan memilih memiliki nilai lebih tinggi daripada kasih yang dipaksakan.
Teodisi Pengembangan Moral (Soul-Making Theodicy)
Teodisi Pengembangan Moral atau Soul-Making Theodicy adalah pendekatan yang dikemukakan oleh filsuf John Hick. Hick berpendapat bahwa penderitaan dan kejahatan merupakan sarana bagi manusia untuk mengembangkan karakter dan kebajikan moral. Menurut pandangan ini, dunia yang sempurna tanpa kejahatan atau tantangan tidak akan memungkinkan manusia untuk menjadi individu yang dewasa dan bermoral.
Dalam konteks ini, keberadaan kejahatan dilihat sebagai suatu proses yang membentuk dan membangun jiwa manusia. Sebagai contoh, penderitaan dapat mengajarkan manusia tentang ketekunan, belas kasih, dan pengampunan. Hal ini sering dikaitkan dengan konsep ujian hidup, di mana manusia diuji dan dipersiapkan untuk keadaan yang lebih baik. Dunia tanpa penderitaan, menurut pandangan ini, akan menjadi dunia yang tidak memiliki nilai moral atau kesempatan untuk berbuat kebaikan yang nyata.
Teodisi Alasan Tak Diketahui (Unknown Purposes)
Pendekatan ini, yang sering diasosiasikan dengan konsep teologi tradisional, menyatakan bahwa mungkin ada alasan atau rencana Tuhan yang melampaui pemahaman manusia. Tuhan, dalam kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, mungkin memiliki alasan yang lebih besar untuk membiarkan kejahatan eksis di dunia, meskipun alasan tersebut tidak dapat kita pahami.
Pandangan ini menekankan keterbatasan pengetahuan manusia dan menyatakan bahwa Tuhan memiliki perspektif yang jauh lebih luas daripada manusia. Kejahatan, dalam hal ini, mungkin berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan ilahi yang tidak dapat dipahami dari sudut pandang manusia yang terbatas. Pendekatan ini dapat dikritik karena tidak memberikan jawaban yang memuaskan, tetapi dalam konteks agama, pandangan ini mengajarkan umat manusia untuk berserah dan mempercayai kebijaksanaan Tuhan.
Teodisi Kejahatan Metafisik
Teodisi ini menyatakan bahwa kejahatan adalah bagian esensial dari eksistensi dunia yang terbatas. Menurut pandangan ini, dunia material adalah dunia yang terbatas dan tidak sempurna, yang secara alamiah mengandung kekurangan. Kejahatan metafisik ini bukan hasil dari kebebasan manusia atau rencana tersembunyi Tuhan, melainkan sifat alami dari dunia yang fana.
Misalnya, keberadaan kematian adalah bagian dari hukum alam yang tidak bisa dihindari, dan merupakan bentuk kejahatan metafisik. Dalam konteks ini, keberadaan kejahatan dianggap sebagai sesuatu yang niscaya dalam penciptaan. Dunia sempurna mungkin tidak bisa eksis dengan sendirinya, dan kesempurnaan hanya bisa ditemukan dalam entitas yang sepenuhnya transenden, yaitu Tuhan.
Kesimpulan
Diskursus mengenai kejahatan dalam teodisi menawarkan berbagai perspektif yang membantu manusia memahami keberadaan penderitaan, ketidakadilan, dan kejahatan dalam dunia yang dianggap berada di bawah kuasa Tuhan. Meskipun berbagai pendekatan yang dikemukakan tidak memberikan jawaban yang mutlak, teodisi memicu refleksi filosofis, moral, dan teologis yang mendalam mengenai sifat manusia, kebebasan, dan kebaikan.