Mohon tunggu...
Moch Rais Putra
Moch Rais Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM 41220110018 - Teknik Arsitektur - Nama Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kejahatan Pada Pemikiran Teodesi

9 November 2024   22:40 Diperbarui: 9 November 2024   22:45 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lebih tegas dapat dikatakan, orientasi pembahasan teodise tentang wujud Tuhan hanya berangkat dari aspek eksistensialitas-Nya, artinya pembahasan hanya diarahkan pada sejauh mana keberadaan Tuhan dapat ditangkap oleh akal pikiran dengan menggunakan dan mempertimbangkan data-data ketuhanan yang konkrit dan terbuka bagi semua orang beragama atau tidak.

Secara tradisional menurut McCloskey, permasalahan teodisi muncul secara filosofis karena adanya kontradiksi yang memerlukan penegasan bahwa Tuhan sebagai Pencipta Yang Maha Sempurna termasuk pencipta kejahatan.Kontradiksi dimaksud adalah keadaan di mana kita dihadapkan pada keimanan bahwa Tuhan adalah Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Mengetahui, namun pada sisi lain, kita menyaksikan beragam kejahatan dalam kehidupan. 

Keadaan seperti ini, sepintas memang bisa membawa kepada suatu pembenaran pemikiran, dalam bentuk pertanyaan jika Tuhan memang Maha Adil dan Maha Sempurna mengapa dalam ciptaan-Nya masih menunjukkan kekurangsempurnaan seperti adanya bencana alam, penyakit, kemiskinan, kekafiran dan sebagainya.7 Bukankah keadaan ini bisa disebut sebagai suatu kontradiksi dalam doktrin keimanan tersebut.

Apa Itu Teodisi? (What)

Teodisi adalah disiplin filsafat yang mencoba menjelaskan atau "membenarkan" keberadaan kejahatan dan penderitaan di dunia yang diyakini berada di bawah kekuasaan Tuhan yang Maha Baik dan Maha Kuasa. Dalam konteks ini, kejahatan biasanya merujuk pada penderitaan fisik, kejahatan moral, dan ketidakadilan yang terjadi di dunia. Teodisi muncul dari kebutuhan mendasar untuk merasionalisasi keberadaan penderitaan dan kejahatan yang sering kali tampak tidak adil atau tidak masuk akal, terutama jika dilihat dari perspektif teologi.

Teodisi dikembangkan oleh berbagai filsuf dan teolog yang mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:

  1. Mengapa ada penderitaan jika Tuhan adalah maha penyayang?
  2. Mengapa ada ketidakadilan jika Tuhan adalah maha adil?
  3. Apakah mungkin Tuhan memiliki tujuan yang tersembunyi atau alasan yang tidak kita ketahui?

Dalam teodisi, beberapa pendekatan utama telah dikembangkan, di antaranya:

  • Teodisi Kebebasan (Free Will Defense): Kejahatan eksis karena Tuhan memberi manusia kebebasan memilih.
  • Teodisi Pengembangan Moral (Soul-Making Theodicy): Kejahatan dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan karakter moral manusia.
  • Teodisi Konsekuensi yang Tak Diketahui (Unknown Purposes): Menyatakan bahwa mungkin ada alasan Tuhan yang tidak diketahui manusia untuk mengizinkan kejahatan.

Mengapa Kejahatan Menjadi Permasalahan dalam Teodisi? (Why)

Dalam filsafat agama, keberadaan kejahatan menimbulkan masalah logis dan masalah emosional yang kompleks. Dari perspektif logis, keberadaan kejahatan tampaknya bertentangan dengan sifat-sifat Tuhan:

  1. Tuhan Maha Baik: Jika Tuhan itu baik, maka Dia pasti ingin mencegah segala bentuk kejahatan dan penderitaan.
  2. Tuhan Maha Kuasa: Jika Tuhan itu kuasa, Dia tentu mampu menghilangkan semua kejahatan.
  3. Kejahatan Ada: Namun, realitas menunjukkan bahwa kejahatan dan penderitaan tetap ada.

Paradoks ini dikenal sebagai "masalah kejahatan" (problem of evil), dan menjadi argumen yang sering dikemukakan oleh kaum ateis untuk menolak keberadaan Tuhan. Argumen ini menyatakan bahwa Tuhan yang mahakuasa dan mahabijaksana seharusnya dapat mencegah kejahatan, atau paling tidak meminimalkan keberadaannya di dunia. Sebagai tambahan, kaum skeptis juga sering kali berpendapat bahwa keberadaan kejahatan yang tidak perlu atau "kejahatan yang tidak dapat dijelaskan" menunjukkan ketidakcocokan dengan ide Tuhan yang sempurna.

Di sisi lain, bagi para penganut agama, kehadiran kejahatan dapat mengguncang kepercayaan dan keyakinan mereka terhadap keadilan Tuhan. Mereka berhadapan dengan pertanyaan moral dan emosional: Jika Tuhan benar-benar mengasihi manusia, mengapa Dia membiarkan penderitaan terjadi? Pertanyaan ini menjadi salah satu alasan utama mengapa diskursus kejahatan dalam teodisi sangat penting, karena membantu menjelaskan pemahaman tentang Tuhan dan dunia dalam cara yang lebih dapat diterima secara filosofis.

Bagaimana Pendekatan Teodisi Menjelaskan Kejahatan? (How)

  1. Teodisi Kebebasan (Free Will Defense)

    Salah satu pendekatan yang paling umum dalam teodisi adalah pembelaan berdasarkan kebebasan manusia. Dalam teodisi ini, dikemukakan bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kehendak bebas yang memungkinkan mereka memilih antara baik dan buruk. Pandangan ini didukung oleh filsuf seperti Agustinus dan Alvin Plantinga yang berpendapat bahwa kejahatan eksis bukan karena Tuhan yang menciptakannya, tetapi karena manusia menyalahgunakan kebebasan mereka.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun