Jadi, dengan ucapannya diatas,  Helldy Agustian sebagai Pembina Partai Politik sekaligus sebagai Pimpinan Daerah  telah mencoreng mukanya sendiri dalam hal pelaksanaan Pemilu Damai di Cilegon.
Sungguh tidak dapat dimengerti tentang etika politik  Ketua Gerindra saat ini, padahal ketua  Gerindra Cilegon terdahulu, sungguh sangat santun dalam menjalankan kepemimpinan di Partai berlambang Garuda. Helldy Agustian adalah  Ketua Partai Gerindra yang baru, menggantikan Sohidin melalui Penunjukan Langsung DPP Gerindra. Perjalanan politik Helldy Agutian di Gerindra, ibarat Muallaf setelah meninggalkan jabatan Ketua Partai Berkarya Banten lantaran Partai Berkarya tidak lolos sebagai peserta Pemilu 2024,
Dapat dibayangkan apa pengaruhnya terhadap para kader Gerindra di Cilegon saat mendengar ucapan ketuanya sedemikian rupa. Bisa jadi  dalam benak para kader menangkap bahwa  Golkar adalah satu satunya Partai Politik di Cilegon yang ditempatkan sebagai  musuh dalam perhelatan Pileg 2024. Jika hal ini terjadi, maka sangat berbahaya bagi proses penyelenggaraan pesta demokrasi  yang diharapkan berjalan dengan damai karena secara psycologis telah tertanam benih benih permusuhan, kebencian para kader Gerindra terhadap semua unsur baik secara struktural, personal dan semua atribut yang melekat pada Golkar, apalagi jika dalam lingkungannya dipenuhi oleh kompor kompor pemicu ledakan bola api. Ngga bahaya ta?.
Lantas bagaimana menyikapi arogansi verbal yang dilakukan oleh Ketua Partai Gerindra ini?. Unsur yang terkait dengan Deklarasi Pelaksanaan Pemilu Damai  beberapa waktu, harus bisa menangkap makna yang terkandung dalam ucapan Ketua Gerindra Cilegon  sebagai salah satu benih  yang baru tumbuh dalam hamparan Pesta Demokrasi dan bisa berpotensi tumbuh subur serta berkembang menjadi buah berupa gesekan politik dilapangan.
Namun demikian, bagi Golkar sebaiknya tidak memberikan reaksi yang berlebihan, toh baru sekali menang dalam kontestasi Pilkada,, anggap saja sebagai pemain karambol yang lagi euforia atau dalam bahasa Cilegon disebut ketemben menjadi juara, padahal dalam permainannya pletak pletok kesana kemari terpentok batas lapangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H