Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Raja Memen

28 November 2022   17:16 Diperbarui: 28 November 2022   19:17 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki  Dalang mengisahkan lagi lakon "Ketika Petruk jadi Raja".

Alkisah, para Punggawa Kerajaan Amartapura yang punya jabatan, sebetulnya sudah mulai muak dengan ulah  Petruk, namun mereka tak punya kuasa untuk membantah apalagi melawan titah  Petruk yang sekarang jadi Baginda Raja.

Janji Petruk untuk mensejahterakan rakyat saat sebelum jadi Raja, ternyata banyak yang tak sesuai dengan kenyataan. Bahkan saat ini, Petruk lebih banyak anjangsana ke Kerajaan lain guna mencari popularitas dibanding dengan bagaimana caranya  semua program kerajaan yang sudah disepakati bersama  bisa terlaksana. Bagi Petruk, Citra diri lebih penting dari pada memikirkan program kerajaan, toh sudah ada para punggawa yang mengurusi soal itu.

Sejak Petruk jadi Raja,  ia yang awalnya akrab dengan para punakawan, satu persatu punakawan mulai meninggalkan Petruk, persoalannya --mungkin--  sudah tidak ada kesesuaian pandangan atau soal  lainnya. Hanya para punakawan yang bermental  bebek dan barisan  oportunis yang masih bertahan bahkan masih dipercaya Petruk sebagai tim diluar struktur  birokrasi Kerajaan yang bisa memberikan bisikan terhadap Petruk yang bergelar  Sri Baginda Prabu Kantong Bolong itu  .

Petruk yang berperawakan agak kurus, hidung mancung dan perut buncit bin cemplu, saat ini sedang menata diri, ia manfaatkan jabatannya  untuk kesejahteraan pribadi sebagai raja. Berdalih untuk kenyamanan, fasilitas  Raja harus terpenuhi, Istana dan Singgasana harus mewah, makanya  semua pernak pernik Istana yang sebetulnya masih bagus untuk ukuran Kerajaan Amartapura, harus  diganti dengan yang baru.

Rakyat di  Kerajaan Amartapura sebetulnya faham, bahwa Petruk senang mendapat pujian, makanya ingin dipandang  "wah"sebagai raja. Disamping itu,  dalam dirinya juga  sesungguhnya muncul sikap phobia, Petruk tidak mau memakai fasilitas yang dulu dipakai raja sebelumnya lantaran dianggap satu legecy dari sistem pemerintahan Kerajaan lama.  Petruk ingin menunjukkan satu legecy dirinya sebagai raja yang baru.

Saat Petruk menjadi narawicara untuk kegiatan apapun di Kerajaan, ia akan nagih honorariumnya sebagai narawicara termasuk juga uang transportnya. Para punggawa tambah judeg, mumet bin puyeng, ternyata Petruk minta kepada para punggawa agar pengawal pengawal pribadinya  termasuk para punakawan yang menjadi tim atau pengawal diluar struktur Kerajaan diberikan uang transport.

Tentu saja para Punggawa Kerajaan kedodoran karena harus mengeluarkan dana non bugeter kerajaan terkait dengan uang transport. Dari mana?, ya dari kantong pribadi atau patungan sesama punggawa, bahkan mungkin mengutak atik anggaran yang ada supaya bisa mencover permintaan Petruk.

Karena  perilaku Petruk yang demikain, saat ini  dikalangan internal Kerajaan atau para punggawa Keraajaan Amartapura , Petruk terkenal bukan hanya sebagai Sri Baginda Prabu Kantong Bolong, tetapi sudah mendapat gelar baru  dengan sebutan   Raja Memen alias Raja Lumayanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun