Orang bilang, Mudik itu singkatan dari Mulih disik (bahasa Jawa) yang artinya pulang dulu (ke kampong halaman). Mudik selalu dikonotasikan dengan kegiatan pulang kampong menjelang lebaran
Mudik itu bukan hanya soal tradisi, tetapi didalamnya ada nilai-nilai yang amat luhur. Seperti dikatakan Sosiolog UGM Arie Sudjito bahwa setidaknya ada empat hal yang menjadi tujuan orang untuk melakukan mudik yakni:yakni; Pertama; Mencari berkah dengan bersilaturahmi dengan orangtua, kerabat, dan tetangga.Kedua; Terapi psikologis. Ketiga ; untuk refreshing dari rutinitas pekerjaan sehari-hari.Keempat ;. Unjuk diri,
Buya Taftazani, konsultan politik senior yang pernah gabung di  SMRC, saat bincang bincang di pojok Hotel Mangkuputera Cilegon bilang begini " Aspek psikologi sosial pada prilaku mudik, punya "inner dinamic"-nya yg sukar dijinakkan lewat alasan2 rasional.,
Sejak dua tahun lalu , orang mau mudik dilarang, jalan disekat sekat, laut pun dipatroli, hanya udara yang tidak di jaga, yang nekad banyak, walaupun ahirnya harus nerima resiko; putar balik. Covid 19 menjadi alasan pelarangan itu.
Kini tiba saatnya orang kembali ceria, pemerintah tak lagi melarang mudik meski ada syarat, boster, walaupun toh di lapangan sudah ngga ketulungan. Orang bagaikan balas dendam  atas keterkungkungan masa lalu akibat covid 19.
Meski saya tak ikut mudik, tapi saya ikut merasakan juga. Rumah saya di tepi jalan raya Merak, 5 km sebelum Pelabuhan Penyebrangan Merak Bakahuni. Sejak kemarin tanggal 28 April 22, tak bisa dihitung dengan jari berapa puluh ribu kendaraan roda dua, roda empat, roda enam, bahkan kendaraan yang rodanya lebih dari 10, berebut jalan. Hanya sedikit terusik ketika bunyi serene meraung raung  mengawal para petinggi negeri memantau situasi kondisi Pelabuhan Merak.
Antrian dimana mana, kalau beberapa waktu lalu orang antri Minyak Goreng, maka saat ini orang antri puluhan kilometer untuk sampai di pintu (Gerbang Tol). Demikian juga yang pakai jalan alteri, entah berapa ribu kendaraan antri  (baca macet) dari ujung lampu merah ADB Cilegon hingga Pertigaan Jalan akses tol Gerem, kalau dihitung sekitar 7 km. Di Pelabuhan Merak kendaraan berjubel antri mau masuk kapal, antri juga mau beli kartu Feryzy tiket online naik kapal.
Raung kenalpot kendaraan 24 Jam tak berhenti, tapi saya tak merasa terganggu, saya ikut menikmati saja kebisingan itu, bahkan kadang ada pemudik sepeda motor yang ikut istirahat di teras rumah karena kelelahan atau ngantuk. Ya silahkan saja karena saya juga pernah seperti mereka.
Para petugas sibuk mengatur lalu lintas, 100 meter dari rumah saya adalah Pos Pemantau Mudik, ada dari Kementrian Perhubungan, Dishub Cilegon, Polres Cilegon dan juga relawan seperti pramuka, Orari dan lainnya. Mereka juga 24 bertugas bergantian, semoga mereka mendapat pahala yang setimpal termasuk juga honor yang layak dari instansinya, kecuali mungkin relawan yang bertugas Lillahi Ta'ala.
Dari kesemuanya itu, saya ingin sampaikan takjub dan salut untuk Kapolres Cilegon AKBP Sigit Haryono,SIK, SH.  yang selama bulan Rhamadhon ini sigap kesana kemari mengedukasi masyarakat soal kerukunan beragama di Cilegon, diundang dimanapun dan oleh siapapun  beliau sempatkan hadir.
Apalagi soal mudik, beliau rela mengatur di lapangan memberikan intruksi ke anak buah supaya pemudik merasa nyaman melintasi wilayah hukum Polres Cilegon. Tak segan juga naik sepeda motor dalam pemantauan situasi, bahkan ikut bagi bagi ta'zil kepada pemudik.
Secara pribadi saya tidak begitu kenal dengan kapolres yang merakyat ini, hanya pernah ikut ngobrol hanya sekali, itupun  rame rame dengan para tokoh Cilegon, H.Tb.Iman Aryadi, Isro Mi'raj, Abah Salim dan lainnya di ruangan Presdir  Hotel Mangku Putera saat pernikahan puteranya Hj. Ratu Ati Marliati. Begitupun sebaliknya, Pak Kapolres tentu tidak akrab dengan saya karena memang saya bukan siapa siapa.
Namun demikian, melihat kinerja Kapolres Cilegon yang bisa dilihat dari berbagai pemberitaan media atau bahkan melalui akun media sosialnya, layak di beri penghargaan oleh masyarakat atas kerja kerasnya membuat suasana nyaman, aman dan tentram disaat orang melakukan  dendam mudik dan sedang berharap harap selamat sampai tujuan untuk bertemu sanak keluarga di kampung halaman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H