Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kronik Perjuangan Pemberontakan Cilegon 1888 (Bagian 3)

7 Juli 2021   18:24 Diperbarui: 8 Juli 2021   08:12 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyai Kamsidah (Tengah), pejuang wanita Geger Cilegon 1888. Foto. KITVL.

Keluarga Raden Pena. Patih Cilegon yang lolos dari penyerbuan. KITLV
Keluarga Raden Pena. Patih Cilegon yang lolos dari penyerbuan. KITLV
Dari sekian korban yang terbunuh (dibunuh) para pejuang dalam penyerangan diatas, yang menarik adalah terbunuhnya Anna Elizabeth Gubbels (Istri assisten residen Gubbels). Anna Elizabeth awalnya dibiarkan hidup oleh para penjuang yang melakukan penyerangan hari itu. Tapi karena merasa terancam dengan situasi yang mencekam, ahirnya  meloloskan diri lari menyusuri jalan hingga ke Seneja.

Keberadaan Anna Elisabeth di Seneja ini tentu saja ibarat masuk kendang macan lantaran di Seneja masih banyak pejuang berkumpul. Mulanya ia minta tolong kepada seorang perempuan untuk dicarikan andong, maksudnya untuk melarikan diri kearah  Serang. 

Anna Elisabeth tidak sadar siapa yang dihadapannya, ternyata perempuan ini adalah Nyai Kamsidah, istri H. Ishak. Nyai Kamsidah bukannya menolong mencarikan andong, malah menyerang istri asisten Residen ini. 

Terjadilah perkelahian antara Nyai Kamsidah dan Elisabeth. Nyai Kamsidah kemudian mendapat bantuan dari pejuang yang ada disitu, dua orang pejuang yang membantu Nyai Kamsidah lantas menyemprotkan sejenis cairan ke mata Anna Elisabeth. Elisabeth terbunuh, mayatnya kemudian di temukan disekitar jalan menuju Serang.

Nyai Kamsidah (Tengah), pejuang wanita Geger Cilegon 1888. Foto. KITVL.
Nyai Kamsidah (Tengah), pejuang wanita Geger Cilegon 1888. Foto. KITVL.
Episode selanjutnya, setelah Cilegon di duduki para pejuang dan para pejabat penting sudah di bunuh, sasaran berikutnya adalah pusat pemerintahan Kresidenan Banten di Serang.

Keberangkatan para pejuang menuju Serang terdiri beberapa gelombang, Ini atas perintah Ki Wasid. Pasukan dibawah pimpinan Ki Wasid dan H,Tubagus Ismail berangkat terahir sore hari menjelang malam  setelah ada kepastian asisten Residen Gubbels berhasil dibunuh.

Sementara pasukan yang berangkat awal, masih menunggu kedatangan pasukan  Ki wasid dan H. .Tubagus Ismail di sekitaran Serdang-Krapyak. Setelah pasukan Ki Wasid bergabung,dengan penuh keyakinan, lantas bergerak menuju Serang.

Berbarengan dengan itu, tanpa disadari oleh Ki Wasid dan pasukannya, Bupati Serang didampingi dengan pasukan tantara kolonial pimpinan Letnan Van der Star,justru bergerak menuju Cilegon setelah ada laporan Cilegon di duduki para pejuang dan para pejabatnya mati terbunuh.

Bersambung ...

Catatatan :

Bagian 1,   Lihat disini  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun