Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Begini Risiko Tempat Tinggal di Kelilingi Pabrik (1)

11 Mei 2021   23:15 Diperbarui: 14 Mei 2021   11:46 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Posisi Rumah (goegle)

''Begini resiko punya rumah di kelilingi Pabrik''. Itu jawaban saya saat seorang tamu bicara soal ketidak -- nyamanan tempat tinggal saya.

Maksud ketidak nyamanan ini terkait dengan posisi tempat tinggal. Posisi rumah saya memang nyempil ditengah, depan jalan raya Merak, kiri, kanan dan belakang sudah area pabrik plastic berbahan baku kimia terbesar di Wilayah Gerem- Cilegon. jarak antara rumah dengan pabrik, hanya dibatasi pagar  tembok setinggi kurang lebih 3 m.

Dibilang tidak nyaman pasti.  Ada saja aktifitas perusahaan yang membuat kondisi tidak nyaman, dari urusan lingkungan sampai urusan social.

Bagi si empunya pabrik, termasuk  karyawannya, baik yang berjabatan direktur, manager, maupun karyawan biasa, pastinya tidak merasakan ketidak nyamanan ini lantaran rutinitas mereka hanya datang pagi ke Pabrik,  pulang sore hari ke rumah masing masing yang jauh dari area Pabrik.

Tapi mau bagaimana lagi, namanya sudah resiko.

Pernah satu waktu, saya dan keluarga dibuat tidak bisa istirahat, tidak bisa tidur lantaran rumah bergetar, jendela semua pada bunyi. Saya kemudian menaiki pagar pake tangga, ternyata ada aktifitas pekerjaan projek pelebaran tempat parkir perusahaan. 

Kala itu sedang pemadatan lahan menggunakan alat berat dengan memakai stammer dengan kekuatan tonase yang tinggi. Tentu saja rumah saya oyeg seperti di goyang goyang, disamping bising karena suara alat berat, didalam rumah juga berisik lantaran jendela ikut bergetar, bunyinya tidak enak di telinga.

Tapi ya itu tadi, sudah resiko.

Sungguhpun demikian, resiko ya tetap resiko, saya punya hak untuk protes, saya minta kepada operator alat berat untuk berhenti. Saya tidak mengncam, saya hanya minta untuk berhenti karena mengganggu hak hidup saya, hak hidup nyaman. Saya minta supaya lapor ke  perusahaan bahwa saya merasa terganggu dengan aktifitas projek.

Esoknya menegemen perusahaan datang menemui saya, mencari solusi, orang bilang "win win solution".  Pak meneger minta maaf atas ketidak nyamanan saya, tapi aktifitas minta dilanjut karena kejar target. Pak meneger bilang juga, jika nanti ada kerusakan rumah,  diupayakan akan diperbaiki. 

Terahir pak meneger bilang, jika saya merasa terganggu dengan suara atau getaran alat alat berat, sebaiknya ngga usah tidur di rumah, bisa ngungsi ke hotel manapun dengan resiko ditanggung perusahaan. Resiko plus resiko, jadinya sama sama menanggung resiko. Itu Namanya win win solution.

Pertayaannya adalah apakah selamanya akan selalu seperti ini?.

Tapi mau bilang apalagi, namanya  sudah resiko.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun