Sudah beberapa hari, saya menanti tulisan Kompasianer Mang Pram --selanjutnya --Pram-, penantian saya lebih pada satu perkiraan ada balasan terhadap dua tulisan saya yang isinya menanggapi tulisan Pram sebelumnya.
Inti tulisan saya adalah dugaan bahwa Pram adalah buzzer dari kelompok tertentu terkait Pilkada Cilegon yang menyeruak di Kompasiana, mendengungkan betapa buruknya calon Walikota Cilegon Ratu Ati Marliati (RAM). Beberapa tulisannya mem-framing RAM sedemikian rupa agar publik percaya terhadap opini yang dibangun.Â
Saya juga menduga, Pram berada dalam lingkaran salah satu calon Walikota sehingga semua tulisannya tidak lagi objektif tetapi lebih didasarkan atas subjektifitas seorang yang ada dalam tubuh orang lain, nah apalagi namanya kalau bukan seorang buzzer.
Terahir saya membaca tulisan Pram soal Pilkada Cilegon dengan judul " Jangan Cuek sama Pilkada, Saatnya Milenial Tentukan Perubahan". Saya kira isinya akan membalas tulisan saya, tetapi ternyata tidak.Â
Saya kira dengan judul itu akan lebih objektif, tapi ternyata juga tidak!. Isinya masih soal serangan terhadap RAM, serangan yang menunjukkan kebodohannya sendiri, selanjutnya tak lebih hanya soal pemujaan dan promosi (iklan) sampah yang tiada guna, promosi gratis di Kompasiana terhadap Calon Walikota kompetitor RAM yakni Calon Walikota Independen Ali Mujahidin.
Pram menulis begini; "Selaras dengan tingginya pengangguran, total warga miskin pun meningkat. Sedikitnya 14.000 warga miskin hidup di kota dengan PAD hampir Rp2 Triliun (Sumber Badan Pusat Statistik)". Â
Dengan kalimat seperti ini, bagi yang tahu soal APBD Cilegon akan menunjuk muka Pram, bahwa sejatinya Pram tidak mengerti soal APBD atau soal keuangan daerah. Ini yang bodoh BPS apa yang nulis.
Menurut saya tidak mungkin BPS merilis PAD Cilegon dengan kalimat "hampir Rp.2 Trilyun" lantaran statistik akan merujuk angka ril. Lagi pula BPS sangat mengerti soal keuangan daerah, BPS Â tahu mana yang disebut PAD, mana yang namanya APBD.Â
Jika Pram menulis PAD hampir 2 Trilyun, maka Pram telah menunjukkan dirinya sebagai orang yang tidak faham soal PAD itu sendiri. Wahai Pram, kalau tidak tau singkatannya, nih baca, PAD adalah Pendapatan Asli Daerah, jelas?.Â
Belajar dulu dong jangan asal tulis. Coba pelajari  sumber pendapatan daerah itu dari mana saja, jangan jangan format dan struktur APBD saja Pram tidak tahu.
Walaupun begitu, dengan sangat menyesal saya kasih tahu ya, Â bahwa yang hampir Rp. 2 Trilyun itu adalah Pendapatan Daerah yang tertuang dalam APBD, Pendapatan Daerah salah satu sumbernya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).Â
Tentang berapa PAD Cilegon tahun ini atau tahun sebelumnya, coba cari tahu, tanya ke Anggota DPRD kek, tanya ke mbah Goegle kek, malu dong di baca oleh orang sedunia minimal dunia Kompasiana.
Selanjutnya Pram menulis soal Misi RAM ; "Dalam visi misinya, paslon nomor 2 dengan jargon "Sukses Cilegon Tak Boleh Henti" menawarkan program pemantapan di berbagai bidang yang sudah dijalani, tanpa ada tawaran trobosan baru. Ini hanya sekedar sempel dari sebuah permasalahan dalam kebijakan seorang kepala daerah, jika dirasa masih layak untuk dipilih atau cukup sampai disini".Â
Nah, lagi lagi Pram sangat cetek memahami sebuah misi, misi itu adalah ide besar dalam rangka untuk mencapai tujuan, dalam konteks pilkada maka tujuannya adalah membangun daerah.Â
Jadi misi itu tidak langsung merujuk pada kegiatan pembangunan itu sendiri. Soal tidak ada tawaran terobosan dari misi, ya misi memang harus dibuat begitu karena visi misi inilah yang nanti akan diterjemahkan dalam sebuah Rencana Pembangunan yang namanya RPJP/RPJM kemudian dijabarkan dalam APBD.
Pram cobalah belajar memahami permasalahan, jangan asal tulis, belajar juga memahami sebuah frasa atau kata, malu di baca anak sekolah, coba perhatikan frasa ini " Ini hanya sekedar sempel". Kata sempel itu dicari dalam kamus apapun tidak akan di temui, sempel itu ada dalam ucapan, tulisannya adalah sampel (Indonesia) sample (Inggeris). Jangan bikin malu orang cilegon dong.
Terhadap nyinyiran dalam kalimat "Ini hanya sekedar sempel dari sebuah permasalahan dalam kebijakan seorang kepala daerah, jika dirasa masih layak untuk dipilih atau cukup sampai disini". Jujur saya tak mengerti arahnya kemana. Belajarlah menyusun kalimat yang bisa dimengerti pembaca.
Sekarang saya lanjut soal promosi yang lain. Pram Menulis begini;
" Jalur perorangan, paslon H. Ali Mujahidin dan Firman Mutakin (MULIA) sejak awal muncul sudah mantap menantang petahana dengan jargon "Dinasti Korupsi Harus Terhenti" Mulia menawarkan regulasi perlindungan tenaga kerja daerah dengan membuat dan mengembangkan BUMD baru untuk ekspansi usaha lintas wilayah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini diharapkan mampu meciptakan 25.000 lapangan pekerjaan dengan progres rekrutmen 2000 tenaga kerja lokal pada 100 hari pertama. Mengatasi persoalan kesejahteraan, paslon nomor 1 ini memilih untuk perbaikan kualitas SDM dengan program beasiswa 25.000 multi jenjang dalam program training dan pelatihan keahlian. Serta pendidikan gratis melalui Bosda dan Kartu Cilegon Cerdas. Program Mulia terkesan lebih berani dalam pembangunan di berbagai aspek.
Saya tidak menanggapi soal misi Ali Mujahidin, saya tak ingin terjebak subjektifitas, biar masyarakat yang menilai. Tapi saya tegas menyatakan bahwa Pram menulis begini lantaran dalam dirinya ada nafas Ali Mujahidin, Pram adalah orang yang (mungkin) mendapat tugas untuk membuat opini buruk terhadap RAM dan membuat framing "kebagusan", framing "kemuliaan" dan framing lain yang dianggap menguntungkan Ali Mujahidin di mata publik, itulah tugas buzzer, makanya nama atau identitas asli Pram di Kompasiana di sembunyikan.
Ali Mujahidin adalah Calon Walikota Cilegon dari jalur Independen, ia juga Ketua PB (Pengusus Besar) Al-Khairiyah, sebuah Lembaga Pendidikan yang saat ini mengalami kemunduran dalam pengelolaan dan pengembangan Pesantren/Madrasah.Â
Nama Pram di Kompasiana, saya pastikan bukan nama asli, rupanya Pram ini senang menyembunyikan identitas diri di dunia maya. Bukan hanya di Kompasiana, di Intragamnya-pun memakai nama palsu yakni Gordonranger, dari IG Gordonranger ini saya simpulkan antara Pram dengan Gordonranger adalah orang yang sama.
Jadi Mang Pram atau Gordonranger, saya pastikan secara sah dan meyakinkan punya hubungan husus dengan Ali Mujahidin, makanya tulisan Mang Pram selalu mencitrakan buruk RAM dan mengopinikan betapa hebatnya Ali Mujahidin.
Masih mau mengelak?. Oh tidak bisa, hasil dari pelacakan digital di Instgram, foto yang ada merujuk pada sebuah identitas bahwa orang tersebut bernama Rahmat Syafra'i. Siapa Rahmat Syafra'i?, ternyata jabatannya adalah Humas Media Tim Sukses Calon Walikota Cilegon Ali Mujahidin-Firman Mutaqin. Kesimpulan ahirnya adalah; Mang Pram, Gordonranger dan Rahmat Syafra'i adalah dari jenis yang sama, orang yang sama.
Makanya saya memahami jika alur tulisan, bahasa yang di gunakan  sangat  tak beraturan,  bahkan keluar dari pakem penulisan yang objektif, hanya memproduksi tulisan profokatif  sehingga  pembaca juga  bingung membedakan apakah tulisan Pram alias godon rengger alias Rahmat adalah karya jurnalistik atau tulisan popular ngilmiah atau sekedar opini murahan dari wartawan gagal, namanya Mang Pram alias Gordonranger alias Rahmat Syafra'i.Â
Faham....?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H