Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Santri Nasional dan Distorsi Sosial

24 Oktober 2018   00:55 Diperbarui: 24 Oktober 2018   00:57 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(breakingnews.co.id)

Lantas apakah masyarakat percaya dengan keterangan seperti itu?. Saya sendiri meragukan lantaran susah diterima dengan akal yang waras. Kejadian itu berlangsung ditengah arena peringatan hari santri, tidak masuk akal jika ada anggota ex HTI masuk ke arena dengan membawa bendera HTI kemudian berceceran di keramain.

Belakangan, muncul video di medsos yang membantah tercecernya bendera, dalam video itu terlihat dua orang anggota ormas berlari ke tengah lapangan kemudian mengambil bendera yang dikibarkan oleh santri yang sedang berbaris ditengah lapangan. Itulah faktanya.

Lantas apakah benar bendera yang dibakar itu bendera HTI?.  Sebagian orang menyatakan bahwa bendera itu bukan bendera HTI. Hal ini senada dengan pernyataan MUI yang menyebutkan bahwa bendera yang di bakar itu bukan bendera HTI. Bahkan Soedarmo, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kemendagri menyatakan bahwa yang di larang itu adalah bendera dengan simbol HTI, bukan bendera tauhid. Keduanya berbeda, kalau HTI ini mencantumkan tulisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di bawah kalimat Laillahaillallah (laman Kemendagri, 22 Juli 2017).  Clear sudah.

Menurut saya, agar masyarakat tidak bingung dan terbawa emosi karena kelakuan si oknum, hendaknya aparat kepolisian  segera memproses secara hukum sebagai upaya penegakan hukum yang berkeadilan, soal benar dan salah tentang bendera itu, atau benar dan tidaknya kelakuan si oknum melakukan penghinaan dan pelecehan terhadap simbul Islam, biarlah hakim yang memutuskan. Namun lagi lagi muncul persoalan, apakah aparat siap untuk itu?. Mari kita tunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun