Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Seekor Bunglon yang Nyebelin

8 Oktober 2018   22:25 Diperbarui: 9 Oktober 2018   05:52 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yakin,  manusia di dunia ini sudah tahu -- kecuali yang  belum tahu-- tentang sosok binatang yang bernama bunglon. Binatang ini  bentuknya hampir sama dengan kadal, bedanya kadal hanya bisa hidup di  tanah, sementara bunglon bisa  hidup ditanah bisa juga di pohon.

Bunglon juga bisa berubah warna sesuai dengan lingkungan dimana ia hidup. Adapun secara  lahiriyah, wujud dari bunglon ini, kepalanya sangat khas, yakni ada semacam cengger kata orang kampung saya, sedangkan di dagunya juga ada  bentuk yang kadang jika dilihat menyerupai jenggot jika disamakan dengan  manusia.

Bunglon juga banyak melahirkan cerita dalam dunia kebinatangan, salah satunya seperti dibawah ini.

Ada seekor bunglon, yang awalnya paling suka memandang bulan dan  bintang. Lama kelamaan rupanya jenuh juga tiap malam memandang langit, menunggu datangnya bulan dan bintang. Apalagi setiap malam, bulan  cenderung berubah bentuk, dari yang awalnya mirip sabit, ditengah  berubah menjadi bulat dan berubah lagi menjadi sabit.

Suatu saat, semalaman bunglon menunggu datangnya bulan dan bintang, tetapi yang ditunggu tidak juga muncul, rupanya bulan dan bintang tidak kelihatan karena tertutup awan tebal.

Si bunglon ahirnya tertidur pulas saking ngantuknya hingga matahari terbit, ketika bangun pada tengah  hari, bunglon tak tahan dengan terik matahari, karena saking panasnya,  si bunglon kemudian lari mencari perlindungan.

Kebetulan tidak jauh dari situ, ada pohon beringin, segera si bunglon  loncat ke pohon beringin yang rindang. Agar penghuni pohon beringin, seperti burung, kalong, bajing, musang tidak merasa terganggu, ia segera menyesuaikan diri, saat tidur di ranting pohon, ia berubah warna menyerupai kulit pohon, saat berjalan di rindangnya daun, iapun berubah  warna menjadi hijau. Lama kelamaan ia menjadi betah disitu. Oleh burung dan kalong serta yang lain, bunglon ahirnya di akui sebagai penghuni  resmi pohon beringin.

Pada suatu hari, terjadilah diskusi antara para penghuni hutan  belantara terkait akan dilaksanakan pemilihan penguasa rimba raya. Si bunglon kebetulan mendukung singa untuk melawan harimau.

Diskusi di pandu oleh burung dara yang cantik. Gaya si bunglon memang  oke, si bunglon berapi api  mempromosikan Singa. Dengan lantang ia mengatakan bahwa yang pantas menjadi penguasa adalah binatang yang bisa  menanungi kepentingan binatang di seluruh rimba raya.

Ketika si burung dara bertanya, bahwa sosok seperti itu tidak ada di harimau, dengan tegas bunglon menjawab;

"Sosok seperti itu ada di singa, burung daraa..", kata bunglon sambil menggerakkan kepalanya yang ada cengger mirip sorban.

Singkat cerita ternyata singa kalah dalam pemilihan, sementara si bunglon masih tetap menghuni pohon beringin. Harimau yang terpilih  menjadi penguasa rimba raya, dalam menjalankan roda kepemimpinan di rimba raya tak tergoyahkan meskipun banyak kebijakannya yang merugikan kehidupan para binatang.

Harimau cukup piawai dalam menjalankan politik kekuasaan di rimba raya, siapa saja yang tidak nurut dengan kebijakannya, akan di pecat, sementara bagi yang suka memberikan keritik, dibiarkan dulu, untuk kemudian ditarik dan diberikan jabatan empuk.

Si bunglon yang memang pandai bersandiwara warna, tak luput dari perhatian harimau. Harimau tau watak si bunglon, hingga ahirnya harimau  tahu bahwa untuk mencari makan, kadang bunglon bersama dengan kadal. Ketika berkumpul dengan kadal itulah, si bunglon berubah warna seperti kadal, tujuannya hanya satu, yakni ngadalin lalat untuk bisa dimakan.

Mengetahui watak seperti itu, harimau kemudian merekrut si bunglon untuk masuk istana rimba raya, jabatannyapun tak tanggung tanggung, sebagai ahli utama bidang ocehan binatang. Bunglon tentu saja riang gembira tiada tara, meskipun dirinya telah dibungkam agar ocehannya tak  lagi nyinyir kepada penguasa rimba raya.

Sejak itulah, si bunglon menjadi hamba dari harimau, setelah mendapat  jabatan itu, tentu saja bunglon lebih sering berkumpul dengan para  kadal yang  menjadi barisan yang rela mendukung harimau dalam perhelatan pemilihan penguasa rimba raya yang akan datang.

Bunglon yang tak punya rasa malu, tak segan berubah warna menjadi warna kadal. Karena  jabatannya itulah, apabila ada binatang lain yang mengusik harimau, buru  buru si bungon ngoceh, tapi ocehannya berbalik 120 derajat, yakni  dulu  memaki harimau, kini menjelek jelekkan Singa.

"Hanya harimau-lah  yang pantas memimpin rimba raya ini", kata bunglon di setiap kesempatan.

Si bunglon rupanya memang pintar ngadalin siapa saja yang dianggap  menjadi penghalang kehidupannya, termasuk singa yang dulu di puja dan dimanja.

Bagi siapa saja yang pernah di kadalin oleh bunglon, melihat tingkah polah si bunglon ini akan berkata;

"Ah dasar bunglon, Nyebelin" .

HIDUP BUNGLON.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun