Setelah gempar soal puisi Ibu Indonesia yang dibacakan Sukmawati Sukarnoputri hingga berujung pelaporan atas tindakan penistaan terhadap agama, kini nitzen ribut soal puisi yang dibacakan Ganjar Paranowo --selanjutnya GP -- dalam acara debat Cagub/Cawagub Jateng di salah satu stasiun Telivisi beberapa waktu lalu. GP sendiri membaca dengan menyebut puisi karya Gus Mus.
Yang dipersoalkan  adalah salah satu lirik dalam puisi teresebut yang berbnyi "Kau bilang Tuhan sangat dekat, namun kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara setiap saat". Oleh sebagian orang, lirik ini dianggap telah melecehkan adzan.
Saya tidak dalam posisi menghujat GP, saya yakin seyakin yakinnya bahwa GP punya maksud baik dengan pembacaan puisi tersebut, hanya saja GP tidak menyadari bahwa dalam kehidupan di dunia ini, apalagi dalam dunia politik, apa yang dilakukan dengan tujuan yang baik, dilakukan dengan baik, belum tentu ujungnya atau hasilnya jadi baik. Artinya, dalam melakukan sesuatu, haruslah hati hati, harus melihat situasi dan kondisi agar tindakan apapun yang dilakukan dapat diterima oleh semua pihak.
Serangan nitizen terhadap isi puisi itu juga wajar saja karena yang namanya puisi, yang mengetahui secara nyata ruh dari puisi itu hanyalah yang membuatnya, sedangkan pendengar atau pembaca, hanya bisa meraba atau bisa jadi bertanya tanya apa yang terkandung dalam puisi, jadi disini mengandung multi tafsir.
Dalam konteks itulah kemudian saya juga bertanya tanya kemana arah dari lirik diatas utamanya dengan adanya frasa "kau". Frasa ini dimaksudkan kepada siapa, kepada Tuhankah atau kepada kau kau yang lain.
Lirik " Kau bilang Tuhan sangat dekat",saya fahami sang penulis terinspirasi dari ayat alqur'an yang artinya berbunyi " Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat." (Al-Baqarah: 186).
Ini adalah firman Allah, frasa Aku dalam ayat tersebut diartikan sebagai "Allah", lantas apakah frasa "kau"  dalam puisi itu ditujukan kepada Allah?, Jika jawabannya ya, maka benar menurut asal usul ayat Alqur'an  bahwa yang menyatakan Allah itu dekat adalah Allah, bukan yang lain.
Namun jika melihat lanjutannya yang berbunyi ", namun kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara setiap saat",pengertiannya menjadi bertolak belakang sebab menurut pengertian saya "kau" dalam lirik diatas tidak diartikan sebagai Tuhan. Jika diartikan sebagai Tuhan maka pengertiannya menjadi aneh karena ada Tuhan  memanggil Tuhan dengan pengeras suara.
Lebih parah lagi jika maksud "kau" dalam Kau bilang Tuhan sangat dekat,adalah selain Tuhan, bisa manusia atau mahluk lain. Ini terjadi pengingkaran terhadap Alqur'an sebab yang mengatakan Tuhan itu dekat bukanlah "kau" manusia atau mahluk lain, tetapi Tuhan (Allah) itu sendiri sesuai ayat "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat".
Nah, atas kekisruhan puisi ini, sebaiknya Gus Mus turun tangan memberikan penjelasan kepada publik tentang arah dan tujuan dari puisi itu lebih husus lirik yang berbunyi "Kau bilang Tuhan sangat dekat, namun kau sendiri memanggilnya dengan pengeras suara setiap saat" Â tersebab puisi ini sudah menyeruak ke ruang politik karena dibacakan dalam forum politik, kasihan Ganjar Pranowo mendapat cercaan nitizen dan masyarakat, padahal ia sedang mencari citra di Jawa Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H