Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Wong Cilik Naik Kelas

26 Februari 2018   01:20 Diperbarui: 26 Februari 2018   01:53 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah wong cilik, menjadi amat popular ketika salah satu partai besar di Indonesia memakai  "wong cilik" sebagai jargon dalam menawarkan programnya. wong cilik yang berasal dari bahasa jawa ini, jika di Indonesiakan artinya orang kecil.

Namun jangan kemudian diartikan sebagai ''wujud" yang menunjukkan "orangnya kecil"  sebagaimana sering kita mengenalnya sebagai orang cebol.

Wong cilik, dalam masyarakat tradisional biasa juga disebut sebagai rakyat jelata. Dalam konteks Sosiologis, wong cilik termasuk dalam golongan sosial yang rendah bila dibandingkan dengan kelompok elite yang ada dimuka bumi ini.

Merujuk pada hal diatas, maka wong cilik bila dilihat dari kehidupan ekonomi, wong cilik termasuk didalamnya adalah kelompok masyarakat  golongan ekonomi lemah.

Saya kira semua sepakat, termasuk dalam golongan ekonomi lemah ini diantaranya adalah orang orang yang tidak punya penghasilan yang tinggi, penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari  seperti pedagang asongan, pedagang kecil, tukang ojeg, supir angkutan umum,buruh dan lain sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat golongan ekonomi lemah ini, mempunyai sentimen yang tinggi, saat barang barang kebutuhan mahal atau naik --misalnya--, mereka ini akan mudah menjerit.

Salah satu contoh, ketika pemerintah menaikkan harga BBM seperti premium, kelompok ini akan menjerit  bahkan tak jarang mereka ini kemudian protes atas kebijakan pemerintah tersebab kelompok ini adalah konsumen terbesar  BBM jebis premium, disamping itu naiknya harga BBM akan mempengaruhi harga barang dipasar.  Protes atas kenaikan harga BBM  ternyata bukan dari kalangan wong cilik saja, partai juga ternyata pernah ikut protes. Ini terjadi ketika SBY menjadi Presiden Repuplik Indonesia, partai yang mempunyai jargon membela wong cilik protes atas rencana kenaikan BBM  walaupun pada saat partai itu juga berkuasa, melakukan hal yang sama yakni menaikkan harga BBM.

Protes partai atas kenaikan BBM. Solopos.
Protes partai atas kenaikan BBM. Solopos.
Protes tukang Ojeg, sopir angkutan umum, buruh saat  pemerintah  menaikkan harga BBM hususnya jenis premium menjadi wajar karena menurut mereka premium adalah jenis BBM yang dijadikan sebagai kebutuhan pokok dalam angkutan karena harganya yang termasuk paling rendah dan bisa terjangkau oleh mereka.

Demo buruh kenaikan BBM era Presiden Joko Widodo.Konfrontasi.com
Demo buruh kenaikan BBM era Presiden Joko Widodo.Konfrontasi.com
Untuk menyikapi hal ini, nampaknya sekarang pemerintah sudah mempunyai trik yang pintar -- untuk tidak menyebut minteri --agar wong cilik tidak mudah untuk protes.

Perlahan lahan penjualan BBM jenis premium yang harganya paling murah, dibatasi disetiap SPBU. Pengumumannya "Premium Habis". Konsumen dengan sangat terpaksa membeli BBM jenis lain, seperti pertalite, pertamax.

Sebetulnya ini adalah suatu upaya atau orang kampung bilang "neknik" agar konsumen terbiasa dengan memakai Pertalite.
Sasaran utamanya sebetulnya adalah, ketika konsumen sudah terbiasa dengan "kelangkaan" Premium, SPBU diseluruh negeri akan meniadakan penjualan BBM jenis Premium.

Sekarang terbukti,  diawal tahun 2018 ini, SPBU di hampir peloksok negeri ini, sudah tidak lagi menjual premium karena secara tidak sadar, masyarakat ekonomi lemah atau wong cilik sudah terbiasa dengan memakai pertalite walaupun harganya lebih mahal dari Premium.

Dengan kondisi ini, disadari atau tidak, wong cilik secara ekomonomi, sudah naik kelas karena sudah mampu menkonsumsi BBM yang harganya lebih mahal dari premium, dan ketika wong cilik ini naik kelas, merekapun tidak protes lantaran yang terjadi bukanlah kenaikan harga BBM, tetapi penggantian jenis BBM. 

Hebatkan pemerintah kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun