Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ruhut dan Anak Bau Kencur

12 Februari 2018   01:06 Diperbarui: 12 Februari 2018   03:49 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi, Militan.com

Bukan Poltak Si Raja Minyak Ruhut Sitompul namanya kalau  dalam  setiap acara diskusi atau debat  termasuk dalam menanggapi sesuatu, pembicaraannya  tidak menyerang orang lain, entah itu politisi, pengamat politik, lawyer, apalagi lawan politiknya,  semuanya kena serangan penuh bombastis.

Tentu kita masih ingat, betapa menggebu gebunya Ruhut Sitompul dalam membela dunungan barunya yakni Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok ketika Pilkada DKI 2017 lalu dimana Ahok saat itu  sebagai Patahana yang mencalonkan diri -- bukan mencalonkan kembali-- sebagai Calon Gubernur DKI. Ahok saat itu tidak bisa dikatakan mencalonkan kembali tersebab jabatan Gubernur yang diembannya bukan hasil pilihan rakyat, tetapi warisan Joko Widodo yang naik tahta menjadi Presiden pilihan rakyat hasil Pilpres. Ahok yang semula jabatannya Wakil Gubernur, kemudian ditetapkan menjadi Gubernur.

Dan, ketika itu, dengan gayanya yang bisa dikatakan kelewat yakin, Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hiadayat, diyakini Ruhut akan memenangi pertarungan sengit  dalam kontestasi Pilgub DKI melawan Anies-Sandi.

Karena saking yakinnya  -- untuk tidak menyebut teramat pongah --,  Ruhutpun sesumbar jika Anis-Sandi menang, baik satu putaran atau dua putaran, Ruhut Sitompul berani potong telinganya.

Pernyataan ini ahirnya menjadi kenyataan,  lepas dari apa yang terjadi di Ibu kota negara selama berlangsungnya proses Pilkada DKI, Anies -- Sandi secara mengejutkan menghempaskan impian Ahok-Djarot untuk menjadi Gubernur DKI dalam Pilkada DKI 2017 lalu, Ahok-Djarot  hanya memperoleh memperoleh suara 42.04%, sementara Anies-Sandi yang melenggang dengan perolehan suara 57,96% pada putaran kedua Pilkada.

Lantas apakah potong "kuping"Ruhut juga jadi kenyataan setelah Anies-Sandi menang?, tentu saja tidak, mana ada orang waras mau memotong telinganya sendiri, orang tidak waras saja, belum pernah ada yang memotong telinganya sendiri, artinya jika Ruhut berani potong telinga, berarti Ruhut sudah melebihi orang gila.

Ya tentu saja bukan Ruhut Sitompul kalau tidak pandai mengelak dan ber-apologi soal pemotongan telinganya, macam macam argument kemudian muncul pasca kekalahan Ahok, tapi ya itulah Poltak Si Raja Minyak Ruhut Sitompul.

Setelah lama kicauan Ruhut agak reda di panggung politik, baru baru ini muncul kembali kicauannya menanggapi sempritan dan Kartu Kuning Ketua BEM UI Zaadit Taqwa yang ditujukan untuk Presiden Jokowi.

Menurut pengakuan Zaadit Taqwa, kartu kuning itu dimaksudkan untuk memperingatkan Presiden Jokowi untuk bisa melaksanakan tugas-tugasnya yang belum selesai. Zaadit juga menyatakan bahwa munculnya Kartu Kuning itu sebetulnya merupakan kritik terhadap pemerintah terutama soal penanganan Asmat, Adanya wacana Polri menjabat Gubernur dan Soal Kehidupan Organisasi Mahasiswa.  

Atas tindakan Zaadit Taqwa ini, Ruhutpun ikut menanggapi dengan gayanya yang memang has, menohok!.  Dikatakan oleh Ruhut bahwa Zaadit Taqwa adalah anak yang masih kuliah dan bau kencur.

Berikut tanggapan Ruhut dalam akun twitternya sebagaiamana dikutip Jawa Pos.com tanggal 10/2/2018;

"Menjelang pilkada rasa pilpres ini mulai ada yang aneh tapi nyata anak yang masih kuliah bau kencur & kakek yang sudah tua bangkotan bau tanah mengambil tugas wasit dengan kartu kuning & kartu merah," kata Ruhut melalui akun twitternya @RuhutSitompul, Sabtu (10/2).

Kicauan Ruhut ini tentu ditujukan untuk menohok Zaadit Taqwa, dianggapnya Zaadit adalah anak yang masih bau kencur. Jadi apa yang ada dalam kepala Ruhut, Zaadit Taqwa  tak lebih dari anak kecil yang tidak tau apa apa dan tidak punya pengalaman apa apa termasuk -mungkin- masalah politik.

Namun rupanya Ruhut lupa, bahwa Zaadit yang masih anak bau kencur, tidak tau apa apa, ternyata punya ide yang jarang dipunyai oleh siapapun dalam mengekspresikan kritiknya yakni  dengan Kartu Kuning sebagai makna dari sebuah Peringatan terhadap apa yang harus dilakukan oleh Presiden Jokowidodo.

Ruhut juga lupa, bahwa anak yang masih kuliah dan bau kencur itu statusnya adalah siswa yang punya gelar "Maha" sehingga disebutnya Mahasiswa, dan Mahasiswa dalam  sejarah pergerakan di Indonesia ternyata jika sudah menyatu, bisa merubah "tatanan kenegaraan". Tidak percaya?, coba lihat lembaran Gerakan Mahasiswa tahun 1966 yang ikut andil melahirkan orde baru serta gerakan Mahasiswa 1998 yang melahirkan orde Reformasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun