Mendengar jawaban saya, Pak Walikota, Pak Wakil Walikota diam sebentar. Saya melihat raut muka kedua pimpinan Cilegon ini tertegun.
"Ya pasti, pak Wali Sepuh sudah berjuang, dan rela mengorbankan segalanya demi tercapainya Pelabuhan ini, tapi....", pak Wakil menimpali dan berhenti bicara, lantas  menerukan perkataannya.
"...Tapi beliau tidak sempat menyaksikan secara fisik pada saat cita cita beliau terlaksana", pungkas Pak Edi.
"Ya saya yakin, meskipun beliau sudah tidak ada, tapi beliau tetap menyaksikan keberhasilan ini, seseorang yang sudah meninggal dunia, laksana ikan dalam Aquarium, bisa melihat walaupun tidak bisa keluar", kata Pak Walikota yang juga putera Pak Walisepuh.
Beberapa saat kemudian, Walikota beranjak dari kursi mengajak saya dan beberapa rekan wartawan yang ternyata ada disitu untuk melihat pemandangan Warnasari dari bibir pantai sambil memberitahukan patok perbatasan.
"Kita jalan yuk lihat perbatasan yang disebelah sana", kata Walikota sambil menunjuk sebuah patok besar yang samar samar terlihat dari kejauhan.
Beberapa langkah kemudian, Walikota berhenti di dekat sebuah karang yang ada dibibir pantai yang dikelilingi air laut yang kelihatan sangat bening.Â
https://web.facebook.com/ardiansyah.sriwijaya/videos/10212322564812152/
Setelah sholat selesai, lanjut menyusuri bibir pantai, sesekali ia melemparkan batu karang ketengah laut adu jauh dengan  lemparan para wartawan, tentu saja kalah dengan lemparan bung bung Ronal yang berbadan tegap.