Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengaruh Media Sosial

4 Januari 2017   15:18 Diperbarui: 5 Januari 2017   10:23 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat Bang Napi?, “Waspadalah Waspadalah, Kejahatan terjadi bukan hanya karena niat si pelaku tetapi  juga karena adanya kesempatan” , itulah nasihatnya yang selalu disampaikan kepada pemirsa RCTI beberapa tahun lalu.

Nasihat itu nampaknya masih releven dijadikan sebagai sikap waspada terhadap adanya kejahatan, apapun itu bentuknya, apalagi dengan pesatnya perkembangan zaman saat ini. Kesempatan seperti yang digambarkan Bang Napi bisa karena fakator lingkungan bisa juga karena pengaruh media yang saat ini perkembangan sungguh luar biasa utamanya Media Sosial.

Peristiwa memilukan di Pulomas yang menghebohkan  bukan hanya perampokan biasa, tapi  telah terjadi kekerasan hingga merenggut nyawa, terjadi karena adanya kesempatan yakni lingkungan yang memungkinkan si pelaku dengan leluasa memasuki rumah korban. Pelaku sudah sering melakukan kejahatan di lingkungan perumahan, makanya sudah pintar memanfaatkan kesempatan itu.

Kejahatan bukan hanya terjadi dilingkungan pemukiman, tapi merambah juga di jalanan. Tidak terhitung berapa kasus kejadian orang kehilangan barang berharga diatas kendaraan, utamanya kendaraan umum, baik angkot maupun dalam bus. Untuk yang satu ini, sasaran utamanya adalah dompet, tas atau perhiasan.

Tak jarang juga, kejahatan di jalanan ini dengan modus penghadangan sampai ketingkat perampasan kendaraan. Model kejahatan ini biasa terjadi di daerah daerah yang lintasannya masih sepi dari lalu lalang kendaraan.

Kasus Surat Almaidah 51 yang telah menyeret Ahok ke bangku Pesakitan akibat ucapannya di Kepulauan Seribu hingga melahirkan protes ummat Islam yang terkenal dengan AKSI  411 dan 212, tak lepas pula dari pengaruh yang luar biasa dari yang namanya Media Sosial.

Baru baru ini ada kejadian yang modusnya penghadangan, ini terjadi di wilayah pekidulan Banten yakni di jalan yang menuju obyek wisata pantai Tanjung Lesung. Tanjung Lesung adalah obyek wisata pantai yang eksotis, oleh Presiden Jokowi Tanjung Lesung dijadikan sebagai  Kawasan Ekonomi Khusus untuk kawasan Wisata. Karena jalannya tidak memadai lagi sempit, oleh Pemerintah sedang dibangun Jalan Tol (masih dalam tahap pembangunan dan pembebasan lahan).

Saat ini, untuk menuju Tanjung Lesung masih menggunakan Jalan Alteri Serang, Pandeglang,  Labuan, Panimbang, Tanjung Lesung  atau Cilegon, Anyer, Carita Labuan    Panimbang, Tanjung Lesung .  Jalan yang masih rawan adalah mulai dari Labuan hingga ke tanjung Lesung, meski sudah di beton, namun relatif dalam waktu tertentu masih sepi dan cenderung rawan penghadangan.

Tersebutlah pada tanggal 31 Desember lalu, serombongan WNA  yang bekerja di sekitar Industri Wilayah Cilegon dengan mengendarai bus Wisata, bermaksud merayakan malam tahun baru di Pantai tanjung Lesung, tak lupa dengan membawa peralatan yang terkait dengan malam tahun baruan yang dibeli di Wilayah Labuan.

Malang tak dapat dihindari, rupanya saat membeli terompet itu, ada orang yang mengawasi gerak gerik rombongan yang rata rata bermata sipit itu. Tanpa curiga rombongan meneruskan perjalanan. Tiba di jembatan Panimbang yang sempit, kendaraan harus antri satu persatu. Saat itulah Sopir bus melihat sekelompok pemuda yang kelihatan sangar sangar, duduk diatas motor, nampaknya ini adalah geng motor di sekitar Wilayah itu. Kelompok pemuda ini nampak sekali perhatiannya tertuju pada bus yang membawa rombongan itu.  Rupanya pemuda yang mengawasi saat rombongan membeli terompet di Labuhan, 5 km dari jembatan panimbang, telah mengontak rekan-rekannya yang memang sedang mencari sasaran.

Pak sopir sejatinya sudah curiga dengan sikap pemuda pemuda tadi, ia tetap waspada, jangan jangan akan naik kedalam bus, namun hingga melewati jembatan panimbang yang panjangnya kurang kebih 100 m itu, pemuda itu tak bergeming, hanya mengawasi saja. Aman pikir pak sopir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun