Gegap gempita fanatiker sepakbola Indonesia, saat menyaksikan pertandingan final leg pertama piala AFF 2016 antara Indonesia Vs Thailand tidak hanya ada di Stadion Pakansari saja, di luar Stadion seperti di café, markas markas komunitas ikut juga berjingkrak jingkrak, bersorak sorak berteriak teriak saat menyaksikan bersama bin nonton bareng pertandingan tersebut.
Tak terkecuali, di markas kami, sejak pertandingan semi final, selalu mengadakan nonton bareng, yang jadi komandan sekaligus bos acara ini adalah DR.Tb. Iman Aryadi Walikota Cilegon yang memang penggila bola.
Sebelum menyaksikan pertandingan, kami selalu sembahyang maghrib berjamaah sebab waktu pertandingannya sendiri dimulai ba’da maghrib, namun untuk kali ini –menyaksikan final --, selesai sembahyang, Walikota minta kepada Imam Almukarroh Ustad Sutisna Abas, untuk memimpin do’a bermunajat kepada Allah agar Timnas Indonesia bisa memenangi pertandingan. Walikota dan semua makmuman, husyu mengamini do’a yang di ucapkan Ustad Sutisna. Selesai berdo’a, Ustad Sutisna menghampiri Walikota seraya mengucakan ‘’Insya Allah menang 2-1”.
Keluarnya Andik otomatis mempengaruhi ketajaman serangan Indonesia, Zulham yang menggantikan Andik, ternyata belum bisa bermain apik pada babak pertama. Permainan Garuda Indonesia malah berubah dan selalu mendapat tekanan Thailand yang punya pemain handal Dangda. Si Dangda ini menjadi penggerak laju gebrakan ke jantung pertahanan Indonesia. Meski ia sudah terbilang tidak lagi muda, tapi punya kwalitas lebih dalam penetrasi maupun penempatan diri ditengah pemain lawan. Atas kecerdikannya ditambah kesalahan pemain belakang dalam melihat posisi pemain lawan, Dangda tidak terjaga, begitu ada umpan lambung dari sudut kanan mengarah ke tiang gawang, bak Gajah mengibaskan belalai, tanpa pengawalan pemain Indonesia bola di sambar dengan kepalanya, Kurnia Mega tak berdaya, jangkaun tangannya tak mampu menepis bola dan terjadilah malapetaka, bola masuk ke gawang, 1-0 untuk Thailand.
“Tenang-tenang, permainan belum selesai, masih ada babak kedua”, kata ustad Sutisna usai wasit membunyiak pluit panjang tanda babak pertama sudah usai.
Dalam jeda waktu istirahat ini, terjdi kehebohan penonton, suasana menjadi lebih semarak karena staf dan penjaga markas tiba tiba membawa dua bakul nasi di tengah penonton, ditambah lagi sate, Rabeg dan Sop kambing yang sudah disiapkan komandan Walikota Cilegon. Inilah kesempatan emas campun intan permata. Tak tanggung tanggung Walikota mengorbankan -baca memotong- empat ekor kambing untuk santapan jasmani para fanatiker yang ikut nobar di Markas. Kata Walikota supaya soraknya tambah kenceng.
Singkat cerita, babak kedua pemain pemain Indonesia lebih percaya diri. Rizky Pora yang selama pertandingan di AFF ini banyak memberikan assist terhadap pemain lain untuk menciptakan gol, dengan sangat cerdik membawa bola dari sayap kanan permainan lawan, meski dikawal oleh dua pemain belakang thailan, bola yang bundar itu ditendang kaki kirinya kearah pojok kanan tiang gawang, kiper Thailand bergerak ke kanan, berkat pertolongan Allah, bola menyentuh pemain Thailand lantas berbelok arah ke kiri, sang kipper terpedaya, bola masuk tanpa terjaga oleh kipper.
Kedudukan 1-1, pemain Indonesia bagaikan elang meliuk meliuk memporak porandakan pertahanan lawan, pemain Thailan Sang Dangda, ikut ke belakang membantu pertahanan, ternyata setelah ditekan, para pemain Thailand grogi juga. Beberapa kali pertahanan Thailand kocar kacir, buktinya banyak menghasilkan tendangan pojok. Kini giliran kepala sakti Hansamu beraksi, sepak pojok denga mengangkat bola tinggi ke muka gawang, disambar dengan ciamik oleh Garuda Muda Hansamu yang memang punya postur tinggi, cuuuuuuuuuuuus, gelegaaaaarrrrr, gol…gol goooooooooool, Indonesia unggul 2-1 hinga menit terahir babak ke 2.
Pertanyaannya mengapa harus umpan lambung?, semua mata yang menyaksikan pertandingan babak penyisihan, bisa melihat bahwa dalam perebutan bola atas, utamanya di mulut gawang, pemain Indonesia agak unggul, bahkan ini dibuktikan dengan jebolnya gawang Thailand, dua gol yang disarangkan ke gawang Thailand, dua duanya dihasilkan dari sundulan kepala.
Apa yang saya tulis itu, dibuktikan oleh Hansamu melalui sundulan kepala memanfaatkan umpan lambung sepak pojok Rizky Pora, tapi secara keseluruhan pemain Indonesia telah menunjukkan tajinya sebagai Elang yang anti menyerah terhadap serangan lawan. Elang/Garuda berhasil mematuk bahkan mencengkram sang Gajah hingga klozotan alias klepek klepek tak berkutik bin tak berdaya.
Bravo Indonesia, Kita Bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H