Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Yang Aneh dari Sidang Ahok

14 Desember 2016   23:49 Diperbarui: 15 Desember 2016   00:03 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lo kok aneh, la nggih, la wong tangis Ahok itu diluar kebiasaan tangis seorang terdakwa, biasanya seorang terdakwa itu menangis disaat mengahadapi tuntutan atau putusan hakim. La ini baru saja melakukan keberatan atas dakwaan sudah bercucur air mata.

Lebih aneh lagi tangis itu meledak saat Ahok membacakan keberatan yang narasinya terkait dengan seseorang yang dianggapnya sebagai tokoh Islam dan sebagai ayah angkat, kemudian dilanjutkan dengan –saya sebut- cerita keberhasilannya sebagai seorang pemimpin sejak dari Belitung sana hingga menjadi Gubernur –warisan Jokowi- serta berbagai macam tentang intrik politik yang melingkupinya, jadi sama sekali tidak ada kaitan dengan dakwaan jaksa, padahal sebagaimana judul, Ahok sedang membacakan keberatan atas dakwaan Jaksa.

Coba kita bandingkan dengan tangis Arifudin diatas, jelas sekali bahwa tangis Arifudin adalah sebuah pemaknaan tentang arti penyesalan, menyesal telah berbuat salah, padahal yang dianiaya adalah orang tuanya sendiri. Dalam kasus Arifudin inipun, bisa dijadikan sebagai satu pelajaran tentang arti penegakan hukum, betapa tidak, meski orang tuanya telah maafkan, namun dengan kesadaran hukum yang tinggi, orang tuanya tetap meminta agar anaknya tetap di proses melalui jalur hukum.

Sedangkan dalam kasus Ahok, banyak orang orang yang nyinyir dan mengatakan, kenapa Ahok sudah minta maaf, ummat Islam tetap menuntut Ahok secara hukum, bahkan ada seorang penulis yang maksudnya ditujukan kepada Ahok dengan kalimat begini “Saat elo minta maaf secara tulus kepada umat Islam, berkali-kali dalam berbagai kesempatan baik melalui media cetak dan elektronik, maka seharusnya masalah sudah selesai. Setidaknya buat gw dan banyak saudara-saudara gw sesama Muslim. Masalahnya, saudara-saudara Muslim gw yang lain punya sifat lebay tingkat dewa’’.Nyinyir tenan toh?, tapi disini saya sarankan belajarlah dari kasus Arifudin.

Monggo panjenengan lihat, adakah tangis Ahok itu mencerminkan sebuah penyesalan telah berbuat salah?, kalau saya mengatakan tegas, tidak!. Ahok menangis bukan karena menyesal, tapi seperti sebuah judul lagu dangdut, “terbayang bayang”, Ahok sedang terbayang bayang wajah orang tua angkat yang sangat menyayangi dirinya, sementara dirinya yang dianggap baik, menyayangi umat Islam, memperhatikan rakyat kecil, tiba tiba dituduh menjadi Penista Agama Islam, jadi Ahok sedih karena itu, bukan karena menyesal telah menista agama.

Yang terjadi justru, tangis Ahok itu tidak ubahnya sebagai ratapan kepada hakim yang maksudnya seolah olah ingin memberitahukan kepada hakim bahwa “Pak Hakim, saya ini mau jadi Gubernur DKI yang nanti akan mensejahterakan rakyat. saya ini tidak salah, saya ini tidak punya niat menista agama, wong bapak angkat saya Islam, lingkungan saya juga Islam, saya bangun Masjid, maka pak hakim tidak pantas menghukum saya’’.

Ahok dalam hal ini tetap keberatan didakwa sebagai penista agama, dan itu dibolehkan dilakukan dalam proses persidangan tindaka pidana. Cuma sangat disayangkan, alasan yang dikemukakan Ahok, justru melebar kemana mana yang isinya seolah ingin mebgatakan “Saya ini orang baik lo, kenapa saya dituduh (didakwa) menista agama?”.

Apalagi kalau melihat dan mendengar keberatan yang dikemukan oleh Tim Pembela Ahok yang katanya jumlah 80 orang itu, sebagain besar isinya adalah menggambarkan sosok Ahok yang tiada duanya. Sejak dari Belitung hingga Jakarta, oleh pembela dikemukakan tentang berbagai keberhasilan dalam bidang birokrasi dan pembangunan. Bangun ini bangun itu,, bla bla……(saking banyaknya).

Mungkin Ridwan Kamil, Risma, Aher dan banyak lagi pemimpin daerah di Indonesia, jika menyaksikan ini akan mesem mesem, apa bedanya dengan mereka?, mereka juga bangun Masjid, mereka juga bangun jalan, mereka juga bikin program untuk nelayan. Dananya ya sama, dari APBD keneh, yang mebedakan adalah APBD DKI dengan APBD daerah lainperbandingannya bagai langit dan bumi, maka wajar saja jika DKI –bukan Ahok lo – bisa bangun ini dan bangun itu”. Itu kata Mang Kamsin.

Jadi, aneh tidak ajaib, sidang kemaren sepertinya telah berubah menjadi panggung politik, namun ujungnya justru jeruk makan jeruk. Pembela berusaha mementaskan lakon politik Ahok untuk membangun opini publik bahwa sesungguhnya Ahok adalah orang yang paling baik dari yang terbaik sepanjang perjalanan pemerintahan DKI, Ahoklah Gubernur yang paling berhasil membangun disegala bidang, maka tidak layak duduk sebagai pesakitan.

Nampaknya disini pembela tidak sadar, bahwa duduknya Ahok sebagai pesakitan saat ini bukan penyelewengan atas semua program yang sudah dilaksnakan di DKI melalui APBD, engga tau kalau nanti nanti ada, tetapi karena hal lain yakni sikap dan omongannya yang telah menyinggung perasaan keagamaan ummat Islam, --kecuali ummat Islam yang tidak tersinggung tentunya--, dan dalam KUHP, itu ada pasalnya yakni tentang Penistaan terhadap Agama, itulah yang terjadi saat ini. Sampun nggih!

Salam, Selamat berjuang untuk semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun