Pertandingan dalam Cabang layar, berbeda dengan Cabor lain karena tidak ada babak penyisihan. Dalam hal ini, untuk menghitung rangking, semua atelit harus menyelesaikan 12 race dimana setiap race akan muncul siapa yang finish  pertama dan seterusnya untuk kemudian diakumulasi berdasarkan jumlah race lantas  akan muncul point bagi atelit. Untuk PON XIX ini, pertandingan dilaksanakan selama 4 hari, Hari pertama dan kedua masing masing 4 race,  hari ketiga dan keempat masing masing 2 race. Disinilah seorang atelit akan diuji dengan sebenarnya, karena pertandingan layar ini adalah pertandingan yang penuh resiko, bukan hanya mengandalkan teknik dan phisik semata, tetapi tergantung juga dengan alam.
Persoalan ketergantungan antara teknik, pihisik dan alam, ternyata telah menimpa juga pada Ratiah. Perjalanan Ratiah untuk menggapai emas, sungguh amat menegangkan karena baik posisi maupun point yang diperoleh saling susul menyusul dengan atelit DKI.
Dihari pertama ia mengalami kendala teknis dan alam. Saat akan dimulai pertandingan, kecepatan angin hanya 10 knot, Ratiahpun nyetel layar untuk kecepatan angin rendah, tetapi saat pertandingan berlangsung, tiba tiba hujan lebat, badai juga datang dan angin tiba tiba berubah menjadi 25 knot, Ratiah dengan susah payah mengimbangi atelit daerah lain, tetapi nasib belum berpihak pada Ratiah, Â hingga ia hanya bertengger di posisi ketiga dibawah DKI setelah menyelesaikan 4 race.
Memasuki hari kedua untuk menyelesaikan race ke5-8, kondisi angin normal, pertandingan berlangsung seru, pada race awal, Ratiah mampu melesat dan finish pertama, race yang keduapun Ratiah tidak tertandingi masuk paling duluan di garis finish, race ketiga, Ratiah ternyata hanya mampu finish pada urutan ketiga. Namun dari total 8 race yang sudah diselesaikan, Ratiah mampu naik peringkat yakni pada posisi pertama menggeser posisi atelit DKI, hanya saja pointnya sama dengan DKI.