Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Catatan Ringan dari Bali, Munaslub Golkar Memang "Luar Biasa!"

21 Mei 2016   13:59 Diperbarui: 23 Mei 2016   08:26 3219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selesai sudah perhelatan akbar Partai Golkar, selama empat hari kader kader partai Golkar seluruh Indonesia tumplek blek di Pulau Dewata Bali dalam rangka mengikuti rangkaian kegiatan Munaslub partai berlambang Pohon Beringin ini, bahkan ada juga yang seminggu meninggalkan rumah karena mengikuti kegiatan kampanye di Surabaya.

Sudah empat kali Munas saya mengikutinya, untuk yang terahir ini, saya ikut dalam perdebatan yang seru saat membahas materi Munaslub. Sebagai peserta saya mengambil kesimpulan bahwa untuk pertama kalinya Pelaksanaan Munaslub Golkar memang sungguh Luar Biasa.

Sebelum Munaslub berlangsung, berkumpullah beberapa DPD I di kediaman Luhut Binsar Panjaitan Mentri Polhukam yang memang kader Golkar bersama dengan Sekjen DPP Golkar Idrus Marham, Robert Kardinal, Ridwan Bae DPD I [Sultra], Ahmad Hidayat Mus [Malut], Ety Sabarua [Maluku], Ansar Ahmad [Kepri], Ibrahim Medah [NTT] dan Klemen Tinal [Papua]. Dalihnya hanya Silaturrami. 

Tapi seperti di diberitakan di media massa, pertemuan itu, berdasarkan sumber Gatra, di dalamnya adalah arahan untuk mendukung Setyo Novanto, walaupun diantara yang hadir seperti Ridwan Bae menampik bawa pertemuan itu ada arahan untuk mendukung Setyo Novanto. Lantas apakah tidak boleh, ya boleh saja, asalkan tidak bawa bawa nama Presiden.

Setelah itu, di lakukan pertemuan lanjutan, tempatnya di hotel Ritz Carleton Kuningan yang rencananya akan dihadiri Ruhut Panjaitan, namun gagal lantaran SMS undangannya bocor, diantara yang sudah hadir disitu adalah Ketua DPD Golkar Banten Ratu Tatu Chasanah dan Ridwan Bae Ketua DPD I Sultra [lihat Gatra Edisi 12 Mei 2016. luar biasa.

Baru pertama kali dalam sejarah Munas Golkar, dalam pelaksanaannya bukan hanya ditangani SC dan Panitia Pelaksana, tapi dibentuk Komite Komite yang menangani permasalahan husus baik yang terjadi dalam arena Munaslub maupun sebelum munaslub berlangsung, Komite ini kemudian disepakati sebagai alat kelengkapan Munaslub, padahal lazimnya, alat kelengkapan Munas adalah Sidang Paripurna dan Sidang Komisi. 

Aneh memang, Komite ini seharusnya hanya sebagai bagian dari kepanitiaan yang tugasnya untuk memperlancar pelaksanaan Munaslub, namun karena masuk dalam draf Tata Tertib yang dirancang Komite serta kepiawaian pimpinan sidang, ahirnya forum menyepakati. 

Dengan disepakatinya Komite menjadi alat kelengkapan Munaslub, maka menurut saya misinya telah berhasil, yakni keinginan membuat strategi jitu dalam memuluskan misi yang diembannya yakni golnya calon tertentu yang nanti bisa bergandeng tangan. Ini pandangan pribadi saya sebagai peserta Munaslub. Luar biasa.

Selain itu, baru pertama kali dalam perjalanan Munas Golkar, ada agenda yang bernama ‘’Pra Munaslub’’. Institusi ini tidak ada dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Golkar, tapi SC merancang sedemikian rupa hingga peserta tak berkutik untuk tidak mengikutinya. 

Pra Munaslub ini dijadikan sebagai forum penjelasan resmi, padahal secara teknis tidak ada bedanya dengan pembahasan dalam sidang sidang resmi Munaslub. Memang dalam pembahasannya tidak mengambil keputusan, tetapi dijadikan sebagai senjata ‘’kesepahaman’’ hingga materi tertentu yang akan dibahas dalam Munaslub melalui Paripurna diharapkan tidak bertele-tele, dan nampaknya misi ini cukup berhasil. Sungguh luar biasa sekaligus diluar kebiasaan.

Pelaksanaan Munaslub yang anggarannya empat puluh lima milyar rupiah itu, dilaksanakan dengan sangat meriah, entah berapa ribu kader Golkar ikut meramaikan. Gedung Nusa Dua Convention Center, dipenuhi baju kuning Golkar. Di arena itu hanya yang punya ID Card bisa masuk Gedung, bukan hanya peserta, tapi ada peninjau, Tim Sukses, Pendamping Calon dan Panitia Pelaksana. 

Bisa jadi antara peserta yang jumlahnya kurang dari enam ratus orang dengan peninjau resmi berdasarkan AD/ART atau yang tidak resmi serta Panitia yang resmi dan yang tidak resmi jumlah seimbang. Diluar Gedung berjibun kader kader penggembira yang tidak punya ID Card, waktunya makan tinggal makan. Disini ada yang Luar biasa dan ada yang biasa diluar.

Delapan Calon Ketua, bersaing untuk menjadi Nakhoda Golkar. Beradu visi dan misi dalam kampanye yang dibagi perzona. Beradu argumentasi dalam Debat yang disiarkan langsung salah satu televisi swasta. Para pendukung yang tidak punya hak suara pun ramai ramai menunjukkan identitas diri dengan tulisan di uniform masing masing dengan menyebutkan nama sang Calon Ketua. 

Tiap Calon datang atau keluar arena, maka secara serentak para pendukung akan mengawalnya sambil meneriakkan yel yel tertentu. Situasi seperti ini, menggambarkan betapa serunya kontestasi dan persaingan dalam memperebutkan Nakhoda Golkar. Luar biasa.

Selfi diarena, dok pribadi
Selfi diarena, dok pribadi
Menjelang acara Pemilihan Ketum, terjadi perdebatan sengit dalam Sidang Paripurna VI yang membahas tentang Tata Cara Pemilihan Ketua. Ini memang baru pertama kali terjadi, Tata Cara Pemilihan Ketua pembahasannya tidak dimasukkan dalam Tata Tertib Persidangan, namun dibahas tersendiri berdasarkan ketentuan pasal 25 ayat 5 Tata Tertib yakni mengacu pada hasil Keputusan Komite Pemilihan tentang Tata Cara Pemilihan walaupun dikatakan tidak terpisahkan dari Tata Tertib.

ikut dalam perdebatan sengit,
ikut dalam perdebatan sengit,
Jadi dalam Munaslub ini ada dua Aturan atau dua Tata yakni Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Pemilihan Ketua. Perdebatan masalah ini berlangsung alot, selesai hingga dinihari, padahal perkiraan saat dinihari itulah selesai pemilihan. Acara Pemilihan Ketum Tahap satu, yakni Pemilihan Calon untuk memenuhi 30 persen suara, harus ditunda kurang lebih dua bahkan hampir tiga jam lantaran panitia harus menata perangkat Pemilihan. 

Dalam konteks kepentingan, persaingan dan kontestasi, penundaan yang berlangsung berjam-jam ini, segala sesuatu bisa terjadi, bahkan hal apa yang tidak akan terjadi, banyak peserta bergerombol di sudut sudut ruangan, ada yang sesama peserta, ada juga antara peserta dengan tim sukses,toiletpun jadi tempat yang aman untuk membisikkan sesuatu.  Luar biasa pemandangan di kala jeda ini.

Pemilihan Ketua dimulai pada sekitar jam tiga dinihari, selesai pencoblosan saat adzan subuh. Pimpinan Sidang menunda penghitungan suara, memberikan kesempatan peserta untuk sholat subuh. Menjelang Fajar menyingsing, perhitungan dimulai, selesai saat matahari menampakkan sinarnya di ufuk barat. 

Hasilnya Setya Novanto mendapat 277 suara.Ade Komarudin 173 suara. Berturut turut Aziz Syamsuddin meraih 48 suara, Syahrul Yasin Limpo mendapat 27 suara, Airlangga Hartarto 14 suara, Mahyudin 2 suara, Priyo Budi Santoso dan Bambang Utoyo masing masing 1 suara.

Hasil perolehan suara diatas, sungguh diluar dugaan, persaingan yang kelihatan begitu ketat dari masing masing Calon, ternyata hasilnya ‘njomplang’’ alias tidak berbanding lurus dengan hingar bingar dan panasnya suhu politik dalam perhelatan ini, terutama perolehan suara diluar Setyo Novanto dan Ade Komarudin. 

Dengan hasil yang ‘’njomplang’’ itulah akhirnya Ade Komarudin lebih memilih mundur meskipun memenuhi syarat untuk Pemilihan Tahap kedua. Sebuah keputusan yang sangat rasional, arif lagi bijaksana. Adakah sesuatu dibalik semua ini, hanya Tuhanlah yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang terjadi. Sangat luar biasa.

Lantas apa yang membuat Setyo Novanto menang, saya pastikan bahwa yang membuat Setiyo Novanto menang dalam Pemilihan ini –meminjam istilah Syahrini-- adalah ‘’sesuatu’’ yang tidak bisa dilihat oleh orang lain karena pemilihannya memang tertutup. 

Selain itu, kemenangan Setyo Novanto, telah menggambarkan kepada halayak bahwa semua ini adalah kemenangan tujuh lawan satu, tujuh orang Calon melawan satu, yakni kekuatan yang bisa mengendalikan Setyo Novanto, apa dan siapa, Wallau’alam, Luar biasa kan…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun