Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kucing Garong Ingin Jadi Penguasa

14 Februari 2016   22:16 Diperbarui: 15 Februari 2016   15:32 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

‘’Saya mencalonkan jadi penguasa, agar nanti penghuni gunung pinang, hususnya kaum unggas, bisa sejahtera’’, sambung kucing garong.

Kucing garong tidak sadar bahwa yang mendengar dan melihat ocehannya bukan hanya habitat unggas, tetapi semua habitat binatang yang ada di seluruh wilayah Gunung Pinang, makanya banyak habitat binatang diluar unggas yang tidak tertarik dengan kucing garong karena merasa kucing garong hanya akan mewakili habitat unggas.

Dasar burung, kerjanya memang mengabarkan apa yang terjadi di wilayah Gunung Pinang, bahkan tak jarang, jika ketemu dengan habitat lain, suka juga ngompori masalah.

Suatu saat, burung melihat Anjing yang sukanya menggonggong, dihampirinya pelan pelan, ditanya soal pencalonan Kucing Garong, Anjing langsung menyalak.

‘’Ah, Kucing Garong itu hanya cari sensasi’’, kata Anjing.

‘’Ngga pantas dia itu nyalon penguasa, la wong sekarang saja masih terkena sanksi  social kok’’, tambah anjing kalem tapi nimpuk.

Burung tambah semangat, pancingannya dimakan anjing. Burung sangat faham psicologi binatang, sebab anjing dan Kucing Garong adalah musuh bebuyutan yang tak pernah akur dalam kehidupan perbinatangan.

‘’sanksi social apa maksudnya’’, pancing burung kemudian.

‘’La itu, waktu anaknya kucing garong, nginjak injak binatang lain yang tak berdosa sampai mati’’, kata anjing.

‘’Jadi, menurut saya, ngga pantas kucing garong jadi penguasa, yang pantas tuh saya’’, kata anjing mengeluarkan jurus congkaknya.

‘’Sebaiknya, kucing garong dukung saya saja, nanti kalo saya terpilih jadi penguasa, kucing garong, saya jadikan assisten’’, lanjut anjing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun