Hari ini, 13 Mei 2015, head line empat harian lokal di Banten, memuat beritatentang “meninggalnya” seorang ibu rumah tanggaakibat di terjang peluru. Di duga peluru ini berasal dari senjata api anggota polisiyang sedang mengejar –katanya- begal motor. Peluru itu menembus dada Titin Komariah, ibu empat orang anak ini menghembuskan nafas di tengah sawah pada pukul 05 pagi saat dirinya mencari jamur merang.
[caption id="attachment_355376" align="aligncenter" width="300" caption="Masyarakat berbondong bondong melihat jasad Titin terkapar di tengah sawah (Sumber. Radar Banten)n"][/caption]
Peristiwa ini terjadi bukan karena polisi sengaja menembak mati ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Mekarsari, Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang-Banten. Dugaan sementara, peluru itu nyasar daritarget yang empunya. Berdasarkan pengakuan dari yang menyaksikan, mulanya ada kejar kejaran antara polisi berpakaian preman dengan seseorang yang katanya tukang “begal” motor. Mengetahui ada kejadian kejar kejaran itu, Titinmencoba minggir dari pematang sawah. Tapi naas, saat terdengar suara letusan senjata api, Titinpun terkapar bersimbah darahdan menghembuskan nafas terahirnya.
Mengetahui ada yang terkapar tapi bukan sasaran tembaknya, si pelaku penembakan – yang di duga anggota polisi--, bukannya menolong, malah kabur meninggalkan Titin yang terkena pelurunya dengan mengendarai sepeda motor sang “begal” yang di tinggal lari.
Selang dua jam, datanglah dua orang polisi dari Polsek Panimbang dengan pakaian preman. Pak polisi inilah justru yang woro woro ke masyarakat bahwa ada ibu ibu yang kena tembak di sawah. Masyarakatpun gempar dan buru buru menyambangi lokasi, yang didapatkan ya jasad Titin yang besimbah darah.
“Peluru menembus paru-paru hingga jantung, dan berhenti sebelum menembus tulang rusuk sebelah kiri tubuh korban”, demikian kata dokter Forensik RSUD Serang Budi Suhendar, setelah meng-autopsi Jenazah Titin.
[caption id="attachment_355377" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Titin yang sangat sederhana (Sumber: Radar banten)"]
Para pejabat Polri kemudian bikin pernyataan masih mengusut kejadian ini, termasuk Kapolda Banten Brigjen Boy Rafli Amar yang menyatakan bahwa memang benar ada anggota yang sedang tugas melakukan pengejaran pelaku “begal”, tapi bukan dari Polda Banten melainkan dari Polda Metro Jaya.
Atas kejadian ini, maka sudah seharusnya Polda Banten mengusut tuntas peristiwa ini. Pelaku yang di indikasikan sebagai anggota polisi, harus bertanggung jawab atas keteledorannya hingga tembakannya nyasar kepada orang yang tak bersalah. Masyarakat menunggu perkembangan yang transparan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H