Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Deny Indrayana: Ternyata oh ternyata …..!

7 Maret 2015   23:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:00 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketikasaya membaca beritabahwa Deny Indrayana –selanjutnya, maaf saya tulis Deny-- dipanggil Bareskim untuk dimintai keterangan atas dugaan adanya aroma korupsi payment gateway atau alat yang digunakan untuk membantu penerbitan paspor di Direktorat Imigrasi Kemenkum HAM, seketika saya menulis status di Face book bahwa saya ingin melihat kerut kening, wajah dan kepalanya.

Guru besar hukum ini di panggil untuk di periksa sebagai saksi terlapor. Sebelumnya, beberapa orang dari Kementrian Hukum dan HAM, bahkan dari luar institusi Kementrian sudah dipanggil pula untuk dimintai keterangansebagai saksi termasuk mantan atasannya yakni Amir Samsudin pada Selasa 3 maret lalu.

Lantas apa hasil dari pemeriksaan para saksi diatas?,Apakah indikasi aroma korupsi pada proyek ini sudah terendus atau adakah indikasi keterlibatan Deny didalamnya ?. “Indikasi keterlibatan beliau, dari keterangan saksi-saksi dan alat bukti yang kami dapatkan, termasuk dari hasil audit, ya ada kecenderungan lah, indikasi ke sana," begitu kata Komjen Budi Waseso.

Berdasarkan keterangan para saksi diatas, Bareskrim kemudiaan melayangkan panggilan kepada Denya untuk datang pada hari Jum’at 6 maret kemarin, kepentingannya akan diperiksa sebagai saksi terlapor.

Tapi alangkah kagetnya, ketika saya membukabeberapa portal media on line, pada sore hari, saya dapatkan beritayangmengejutkan. Maksud saya ingin melihat bagaimana kerut kening Deny saat di periksa polisi (siapa tahu ada fotonya), malah sebaliknya saya yang mengerutkan kening kepala.

Mengapa demikian ?, karena menurut berita, polisimenunggu Deny dari Jam 9 pagi hingga jam 15 sore tak muncul batang hidungnya di Bareskrim Polri.Lantas apa alasan guru besar Tata Negara UGM ini hingga ia mangkir dari panggilan polisi?, kemana gerangan ndoro Deny berselancar?. Jawabannya adalah ,"Dia ada agenda lain yang sudah terjadwal. Jadi kami menghadap penyidik untuk mengajukan permohonan pemanggilan ulang," begitu kata sang pengacaranya Heru Widodo.

Alasan lain mengapa hingga tidak bisa sowan ke Bareskrim --seperti yang di ucapkan Deny --- dikarenakan berdasarkan hasil rapat dengan teman-teman diputuskan bahwa karena ini bukan kasus pribadi,, tetapi terkait dengan gerakan antikorupsi.

Namun sesungguhnya yang lebih nyata dari sekedar alasan --meskipun ini tidak di jadikan alasan oleh Deny maupunpengacaranya---adalah, pada hari itu Deny sedang berselancar mengelilingi komplek istana untuk menemui Yang Terhormat Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo. Karena tidak ketemu, nyisir ke Mentri Sekretaris Negara, tidak ketemu juga, atau mungkin “pembesar” negeri ini tidak mau menemui. Ahirnya berlabuh ke Sekretaris kabinet Andi Widajajanto. Maksudnya untuk apa,,?, kalau boleh menduga, pastinya ingin mencari perlindungan.

Atas adanya peristiwa ini, seketika pandangan saya terhadap sosok professor yang berbadan gempal ini, jadi Ilfil.Ada beberapa alasan kenapa saya jadi Ilfil;

Pertama; Saya terkesan dengan Deny karena dia adalah orang jujur dan bertanggung jawab. Tapi dengan peristiwa ini saya berpendapat bahwa ternyata Deny jauh dari sifat itu.

Kenapa harus mangkir dari panggilan?. Hadapi saja dengan jantan, toh masih sebagai saksi (meskipun terlapor). Jika memang Deny merasa bahwa proyek itu jauh dari aroma korupsi, mengapa tidak dihadapi saja sebagai bentuk tanggung jawab atas apa yg pernah dilakukan. Bukankah ia adalah Guru besar Hukum yang pandai berargumen.Serahkan saja kepada penyidik untuk menyimpulkan apakah ada indikasi pidananya atau tidak setelah memberikan keterangan di hadapan penyidik, bukan sibuk memberikan keterangan di Media massa

Kedua,Saya salut dengan keberanian Deny. Saat ia menjadi Wamen, kerap sidak ke LAPAS untuk memeriksa dan menyisir “tempat” orang yang diputus Pengadialan karena kasus korupsi. Bahkan dialah tokoh dibalik munculnya regulasiyang membuat heboh warga binaan kasus korupsi karena tidak punya hak mendapatkan remisi dan Bebas bersyarat sebagaimana telah berlaku dalam system pemidanaan di Indonesia, kecuali mau bekerjasama menjadi justice colaborasi.

Namun dengan peristiwa ini, bolehlah saya berpendapat bahwa “ternyata” Deny bukan seorang “pemberani” menghadapi masalah yang selama ini dia gembar gemborkan yakni“korupsi..!”. Ia tidak lebih dari seorang yang Jiper alias penakut manakala masalah itu “menyenggol” dirinya sendiri. Mengapa berlindung di bawah institusi dan kelompok dengan alasan bahwa ini bukan masalah pribadi, bukankan perbuatan pidana tanggung jawabnya adalah personal?, Deny tau itu saya kira.

Ketiga. Saya melihat bahwa Deny, adalah orang yang jauh dari prilaku yang bakal merugikan keuangan Negara. Makanya ia getol menjadi garda pegiat anti korupsi. Ia pantang mundur memberantas korupsi siapapun pelakunya. Saya berpikir, sebagai penggiat anti korupsi, langkahnya akan all out menyuarakan “berantas korupsi”, meskipun pelakunya dirinya sendiri.

Dengan kejadian ini, saya menganggap bahwa Deny ternyata “tidak bersih-bersih” amat. Polisi tidak akan sembarangan menyimpulkan seseorang terindikasi melakukan korupsi. Namun dengan adanya keterangan dari Budi Wesaso diatas, Ilfil saya muncul, saya menjadi tidak respek lagi dengan sikap Deny yang sibuk kesana kemari mencari perlindungan untuk mencari pembenaran bahwa apa yang dilakukan polisi tidak benar.

Harusnya Deny sebagai penggiat anti korupsi bisa melawan dirinya sendiri untuk memberikan keterangan bahwa “betul proyek itu terindikasi bermasalah”.Nah itu namanya penggiat anti korupsi.

Tapi, ternyata oh ternyata,,, hilang nyali Deny Indrayana ketika masalah itu menimpa dirinya sendiri. Salam save Deny Indrayana?, mboh lah….!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun