Mohon tunggu...
Moch Ibrahim Saddam
Moch Ibrahim Saddam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo nama saya moch. ibrahim saddam saya adalah seorang mahasiswa tingakat 3 jurusan Ilmu komunikasi di salah satu universitas swasta di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ramadhan Teguh Imana (Mamah RR): Sinden Pria Besuara Emas

8 Desember 2024   20:24 Diperbarui: 8 Desember 2024   21:28 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selama SMA, Ramadhan juga sering tampil sebagai vokalis sinden kacapian dalam program siaran malam Selasa yang diadakan oleh salah satu gurunya. Acara tersebut menjadi ajang latihan sekaligus panggung kecil untuk mengasah kemampuannya. Dari sana, Ramadhan semakin percaya diri dengan bakatnya. Suara khasnya yang menyerupai suara perempuan menjadi daya tarik utama.

Inspirasi besar dalam karier seninya datang dari Bu Masyuning, seorang sinden yang telah melegenda dalam dunia seni Sunda. Sebagai sinden Wayang Golek Giri Harja 3 Putra sekaligus dosen di ISBI Bandung, Bu Masyuning sering tampil dalam berbagai pagelaran wayang golek. Setiap penampilannya mampu memukau Ramadhan yang menonton dengan penuh kekaguman. Dalam hati kecilnya, ia bermimpi bisa menjadi seperti idolanya, seorang sinden yang profesional dan dihormati.

Pengaruh dari Bu Masyuning semakin menguatkan tekad Ramadhan untuk melanjutkan mimpinya di dunia seni. Ketika tiba saatnya memilih perguruan tinggi, Ramadhan tanpa ragu memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di ISBI Bandung, tempat idolanya juga mengajar. Keputusan ini menjadi titik balik dalam hidupnya, membawa Ramadhan lebih dekat pada dunia seni profesional.

Perjalanan Sebagai Sinden Pria

Karier Ramadhan Teguh Imana sebagai sinden pria semakin berkembang pesat ketika ia mulai menempuh pendidikan di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Memasuki dunia perkuliahan di kampus seni ternama tersebut, Ramadhan merasa bahwa mimpinya menjadi seorang seniman tradisional mulai terwujud kampus. ISBI bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang di mana ia mendapatkan banyak kesempatan untuk menunjukkan bakatnya. Sejak tahun pertama, namanya mulai dikenal di kalangan mahasiswa dan dosen karena keterampilannya yang unik. Ia sering tampil dalam berbagai acara seni tradisional, baik yang diadakan oleh kampus maupun di luar kampus.

Salah satu momen penting yang menjadi tonggak awal popularitasnya adalah ketika ia dipercaya menjadi sinden utama dalam sebuah produksi tari yang berlangsung di Karawang. Dalam acara tersebut, Ramadhan tampil sebagai vokalis utama, mendampingi pertunjukan tari tradisional yang melibatkan berbagai elemen seni Sunda. Penampilannya tidak hanya memukau penonton, tetapi juga mempertegas posisinya sebagai sinden pria dengan kualitas suara yang luar biasa. Pengalaman ini memberinya kepercayaan diri untuk terus melangkah di jalur seni tradisional dan memperluas jaringan profesionalnya.

Di lingkungan kampus, Ramadhan juga sering berkontribusi dalam ujian seni para seniornya. Tradisi unik di ISBI Bandung adalah ujian seni yang dilakukan dalam bentuk pertunjukan, bukan hanya sekadar evaluasi tertulis atau teori. Dalam konteks ini, mahasiswa tingkat akhir biasanya mengadakan pagelaran seni yang membutuhkan dukungan dari mahasiswa lainnya, termasuk sinden. Ramadhan sering diminta untuk mengisi posisi sebagai sinden dalam berbagai ujian seni, seperti pertunjukan kendang, jaipongan, atau wayang golek. Peran-peran ini menjadi kesempatan berharga baginya untuk menunjukkan keahliannya di depan audiens yang lebih luas, termasuk para dosen dan praktisi seni profesional yang hadir sebagai penilai. Dari sana, ia mulai dikenal sebagai sinden pria yang memiliki keunikan, baik dalam suara maupun penampilannya, sehingga menarik perhatian banyak pihak.

Atas rekomendasi beberapa dosen, Ramadhan akhirnya memilih untuk berkonsentrasi pada kapasindenan sebagai fokus utama studinya. Keputusan ini menjadi langkah penting yang mempertegas arah kariernya sebagai sinden profesional. Ia merasa bahwa fokus ini memberinya ruang untuk lebih mendalami teknik dan filosofi di balik seni kapasindenan, yang bukan hanya tentang menyanyi, tetapi juga memahami makna dan tradisi di balik setiap lagu dan penampilan. Selama masa studinya, Ramadhan terus terlibat dalam berbagai acara seni, baik yang berskala kecil seperti pentas mahasiswa, hingga acara besar yang melibatkan seniman-seniman profesional. Ia tidak hanya membatasi dirinya pada satu jenis sinden, tetapi mengeksplorasi berbagai bentuk, seperti sinden jaipongan dan sinden wayang golek, yang membutuhkan kemampuan vokal dan ekspresi yang berbeda.

Keunikan suara Ramadhan yang menyerupai suara perempuan menjadi daya tarik utamanya. Banyak orang yang kagum dengan suara lembutnya, yang sering kali sulit dibedakan dari suara sinden wanita. Keunikan ini membuatnya menonjol, terutama karena sinden pria sangat jarang ditemukan dalam seni tradisional Sunda. Namun, ia menyadari bahwa karakteristik ini juga menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah mencapai nada-nada tinggi yang secara alami lebih mudah dilakukan oleh sinden wanita. Meskipun ia memiliki kemampuan vokal yang luar biasa, ada beberapa batasan biologis yang harus ia hadapi sebagai laki-laki.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Ramadhan tidak pernah berhenti melatih dirinya. Ia belajar dari berbagai guru vokal di kampus dan terus mengasah teknik-teknik bernyanyi khas sinden. Ia juga sering melatih sendiri kemampuannya dengan mendengarkan rekaman-rekaman sinden legendaris, mencoba meniru teknik mereka, dan mengadaptasinya ke dalam gaya bernyanyinya sendiri. Selain itu, Ramadhan sangat menjaga kondisi fisiknya agar tetap prima. Ia memiliki beberapa pantangan sebelum tampil, seperti menghindari makanan berminyak, pedas, atau minuman dingin, yang dapat memengaruhi kualitas suaranya. Ketekunan dan dedikasi inilah yang membuatnya mampu tampil maksimal di setiap kesempatan, menjadikannya sosok yang dikagumi dalam dunia seni tradisional Sunda.

Melalui perjalanan kariernya di ISBI Bandung, Ramadhan berhasil memantapkan posisinya sebagai salah satu sinden pria yang jarang ditemui dan sangat dihormati. Ia tidak hanya melanjutkan tradisi seni Sunda, tetapi juga menambahkan elemen keunikan yang membuatnya menjadi panutan bagi generasi muda yang ingin menekuni seni tradisional. Keberhasilannya membuktikan bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan semangat, seni dapat melampaui batasan gender dan menjadi wadah untuk mengekspresikan keindahan budaya secara universal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun