Halo guyss, yaa kali ini saya ingin membahas tentang orang yang ada diwilayah saya, tetapi orang minoritas sejak saya kecil tapi sekarang say sudah mahasiswa dan sudah tidak bertemu lagi. Orang minoritas ini adalah sebuah keluarga yang terdiri atas Ayah dan 3 anak laki-laki. Sang ayah bernama gampang kemudian anak-anaknya bernama eman, bangun, dan gendo saya tidak tahu tentang mengapa diberi nama seperti itu.
Setahu saya mengenai pekerjaan ayahnya adalah seorang pemulung dan seperti pencari barang rosokan yang dijual lagi atau rombeng. Kemudian anak-anaknya biasanya ikut seperti ayahnya dikarenakan tidak ada dana untuk sekolah jadi mau tidak mereka ikut serta dalam melakukan kegiatan mencari rosokan tersebut. Sebetulnya pada saat umur sedemikian adalah waktu untuk bermain dengan teman sebaya karena pada umu-umur segitu adalah umur seorang anak untuk bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Tetapi apa daya mereka tidak bisa bermain dengan teman sebayanya dikarenakan kondisi keluarga mereka yang memaksa seperti itu. Sebetulnya saya pada saat itu melihat mereka sepeti itu saya merasa iba karena kondisi kehidupan ini yang sungguh berat. Setiap hari keluarga itu berangkat pagi untuk mengais rezeki dari hasil mulungnya.
Pada suatu hari setelah beberapa tahun berlalu kalau tidak salah saya pernah bertemu dengan ayahnya, tetapi pada saat itu ayahnya sudah menjadi supir becak serta anak yang paling tua menjadi juru parkir dijalanan. Mereka bekerja keras tidak mengenal panas dan hujan demi untuk mendapat rezeki yang halal, tak perlu dengan pekerjaan apa saja yang kita kerjaan asalkan mendapatkan rezeki yang halal.
Buat apa juga pekerjaan yang enak dan mendapatkan gaji yang besar tetapi uang bayaran tersebut haram percuma saja kalau menurut saya. Saya tidak pernah mendengar tentang ibu mereka karena saya tidak bertemu sekali pun. Kemudian saya sering bertemu dengan mereka pada saat bulan puasa tetapi belakangan ini saya sudah lama tidak bertemu lagi, mungkin mereka sudah dewasa juga.
Saya terakhir melihat mereka kalau tidak salah pada tahun 2013 atau 2014 dikarenakan mereka itu bukan warga asli di wilayah saya. Dan pada saat bertemu itu juga tidak setiap hari lalu saya juga tidak pernah berbicara dengan mereka, saya hanya mendengar dari orang-orang di kampung saya. Dari kehidupan meraka saya dapat mengambil pelajaran yakni bersyukur terhadap kondisi yang sekarang dan itu merupakan rezeki yang patut disyukuri, rezeki itu rahasia Allah SWT tetapi sudah ditetapkan oleh Allah SWT itu sendiri, jadi jangan sekali-kali ragu atas pertolongan dari yang kuasa dan kita harus senantiasa berfikiran positif karena pikiran yang positif itu dapat membuat kita menjadi tenang.
Dan mereka juga saya belajar mengenai semangat hidup dengan bekerja keras dengan apa yang telah kita inginkan serta tidak senantisa berdoa kepda Allah SWT supaya dimudahkan segala urusan dan cobaan yang sedang kita alami, meskipun setiap orang punya cara dan pandangan hidup yang berbeda-beda. Bergantung lah kepada sang pencipta jangan ke manusia karena Umar Bin Khatab pernah berkata "Aku sudah pernah melewati semua kepahitan yang ada di dunia, namun yang pa;ing menyakitkan adalah berharap kepada manusia".
Dengan kalimat yang pernah dikatakan oleh Sayyidina Umar saya mencoba memahami dan mencoba ke dalam kehidupan saya. Saya juga suka belejar masalah kehidupan yang penuh misteri ini, tentang cara menyelesaikan masalah dengan berbagai sudut pandang yang berbeda kemudian tentang cara untuk mensyukuri disetiap cobaan hidup yang berat ini. Berikut adalah cerita yang dapat saya sampaikan mungkin teman-teman dapat mengambil pelajaran semoga saja bermanfaat bagi kehidupan dari yang membaca dan yang terakhir saya mengingatkan saja jangan lupa bersyukur dalam segala kondisi baik sedang merasa bahagia dan pada saat mengalami kondisi yang tepuruk sekali pun jangan lupa bersyukur dengan hal itu kita dapat mendapatkan ketenangan dalam menjalani kehidupan yang penuh kejutan ini dan bersifat sementara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H