Aku bingung dengan perasaan ini, aku menyadari aku tak sekuat yang lain, aku menyadari bahwasanya aku juga butuh cinta untuk hari ini, tapi kenapa kok seperti ini, aku mencintainya Tuhan. apakah ini salah, aku merindukanya. Apakah ini perlu di rubah dan yang jelas dia talah menggenggam tangan yang lain.
Tapi kenapa hati ini masih merindu kepada sunyi, tapi kenapa aku tak mampu melupakan gelap dan tapi kenapa aku haru diam bercengkrama dengan langit sambil ketawa, begitu sulit moment ini untuk di pikirkan dengan hati. Malam ini begitu indah, begitu luar biasa tetapi sunyi tak mengijinkanku untuk pergi.
Perjalanan itu tiba di saat aku kembali merindu, suara itu, ketikan itu menyatu dengan gelapnya malam di hari ini. Malam yang begitu romantis dengan nuansa yang menyejukkan hati .
Ambigu memang aku menggengam tangan yang sudah di pegang orang lain, ambigu memang ketika aku memaksa akan hal ini, dan ambigu memang ketika aku terus maju tanpa memperhatikan tanganya di genggam bersama dinginya malam. Bukanya aku takut, bukannya aku tak berani dan bukan ya aku tak suka tetapi aku tak mau menyakiti siapapun termasuk diriku sendiri di dalam kegelapan. Karena gelap selalu mengajar kesan yang tak boleh melangkah dengan lompatan yang jauh, karena sunyi selalu mengajarkan tak boleh merampas hak orang lain dan karena sunyi selalu megajarkan etika dalam mengenggam tangan walau hati kembali teriak untuk menggengam tangan yang satunya.
Tulisan : mochammad syihabbdin di rumah,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H