Mohon tunggu...
Mochammad Syihabbudin M.Pd
Mochammad Syihabbudin M.Pd Mohon Tunggu... Guru - Founder: Ruang pendidikan

Menulis itu curhat paling total dalam sebuah perjalanan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Permainan Anak Kecil yang Lugu

16 November 2020   22:46 Diperbarui: 16 November 2020   23:13 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

penulis : Mochammad Syihabbudin 

Perjalanan sebuah pendidikan sampai saat ini memang membutuhkan banyak perjuangan panjang tatkala diri ini menoleh ke perjalanan dulu ketika aku menjalani masa di mana proses dalam menjalani sebuah kehidupan dengan sangat menyenangkan, proses itu ketika aku berusia 4 tahun, anak sekecil itu sudah di kenalkan pendidikan sama orang tua, pendidikan memang menjadi sebuah keharusan dikeluarga kecil kami, terutama pendidikan Agama yang selalu melekat di karakter keluarga kami.

Umur sekecil itu aku sudah di kenalkan dengan begitu indahnya belajar membaca, menulis al-qur'an, sebuah dasar yang diberikan orang tuaku untuk membuat pondasi yang begitu kokoh perihal Agama di kehidupan ini.

Sebuah perjalanan yang begitu menyenangkan dengan teman- teman masa kecil yang tertawa lepas setelah pembelajaran selesai, sebuah dinamika yang ingin sekali aku ulangi tetapi aku sadar aku tidak bisa memutar waktu, aku baru teringat masa kecilku dulu sangat sibuk perihal belajar Agama dan belajar umum, sungguh proses yang aku jalani sehingga aku bisa berdiri kokoh sampai saat ini.

Masa kecilku dulu, memang  sudah menjalani berbagai macam kegiatan yang begitu menguras otak, tenaga dan waktu, aku harus sholat berjamaah disetiap subuhnya, persiapan menuju sekolah dasar selanjutnya aku di haruskan untuk pergi ke Madrasah salah satu sekolah Agama yang ada pada saat itu, disore harinya aku menjalani proses pembelajaran di TPQ sekolah yang mengajariku untuk menulis dan membaca al-qur'an, habis maghrib aku hurus mengaji di musholla yang di ajar oleh orang tuaku sendiri, dan habis solat isyak diri ini harus mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru di sekolah.

Hal seperti itu aku jalani setiap hari, berjuang setiap hari dan aku merasa nyaman, senang dengan kehidupanku pada waktu itu, mungkin untuk usia ku saat ini aku kesulitan menjalani rutinitas yang begitu padat seperti itu. Tapi yang aneh aku tidak merasa capek dalam menjalani kehidupan kecilku itu, aku selalu tertawa ketika berangkat sekolah dan aku selalu tertawa lebih keras ketika sepulang sekolah.

Anak sekecil itu sudah diajari perjuangan, kehidupan sosial yang begitu elegan oleh orang tuaku, aku sadar menurut sebagian orang anak kecil itu waktunya untuk bermain, anak kecil itu waktunya untuk bersenang- senang dengan teman- temanya, tetapi entah kesibukan itu sudah menjadi kebiasaan akhirnya aku tidak menghiraukan apa yang disampaikan oleh orang lain, kesibukan ku dulu itu saya anggap bermain dan saya juga gak pernah mikir masa depan pada saat itu, "aneh memang", kesibukan mencari ilmu sudah saya anggap permaianan yang menyenangkan, proses pencarian menata kehidupan bagaikan permainan mobil- mobilan yang bisa membuat aku tertawa lepas.

Entah aku beranggapan orang tuaku jahat atau tidak, yang jelas pada saat ini aku menikmati hasil dari proses itu, pendidikan yang ditanamkan sejak dini menjadikanku sangat berambisi untuk mewujudkan cita- cita, sebuah impian yang sudah diberikan dasar oleh orang tua, tinggal bagaimana aku melanjutkan impian itu, tetapi yang paling manarik untuk saat ini, saya menganggap sebuah kesibukan adalah permainan yang menyenangkan, permainan yang menurut sebagian orang adalah bencana. Pendidikan adalah permainanku, sebuah game yang begitu menarik untuk ditamatkan sampai pendidikan yang paling atas.

Saya sangat bangga mempunyai orang tua yang mengajariku untuk memberi sebuah game yang bermafaat di kehidupanku saat ini, sebuah wahana dalam dunia pendidikan yang sangat menyenangkan sehingga apa yang aku lakukan saat ini adalah permainan. Kehidupan masa kecil itu mengajariku dasar yang begitu menawan sampai aku lulus sekolah dasar, madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas, kesibukan itu masih terjaga, kesibukan itu tidak aku anggap beban.

Dan yang aneh selayaknya seorang anak yang begitu lugu menjalani sebuah permainan yang sangat menyenangkan sehingga proses dalam pendidikan itu aku menjalani begitu gembira dengan menjalani setiap detik, setiap menit dan setiap jamnya dengan bahagia dan tidak mempunyai cita- cita yang besar yang membuat diri ini lelah dalam mengejarnya. Aku sadar betul ambisi dalam mengejar cita- cita merupakan hal yang sebagian orang adalah kewajiban tapi tidak dengan aku. Sebuah kebiasaan yang diajarkan oleh orang untuk selalu menjalani apa yang ada dan serius dalam kegiatan hari itu sehingga aku menikmati betul permainan dalam pendidikan pada saat itu.

Kesibukan itu akhirnya mengharuskanku untuk belajar lebih giat lagi, ketika aku lulus dari sekolah menengah, dimana aku harus menjalani kehidupan dengan mandiri, karena pada waktu aku lulus itu aku sadar betul orang tua sudah semakin tua, diri ini sudah semakin dewasa dan diri ini sudah malu untuk meminta uang jajan kepada orang tua.

Perjalanan level dalam pendidikan seketika itu berubah, kesibukan yang aku jalani begitu menarik akhirnya aku harus berdaptasi dengan sebuah kemandirian yang mengharuskanku untuk menghasilkan uang sendiri sembari tetap menjalani rutinitas penididkan, adaptasi itu memang menurut sebagian orang sangat menguras tenaga, fikiran dan kemampuan.

Dan semua itu aku rasakan tatapi ketika aku mundur aku kembali tersadar bahwasanya hidup ini adalah permainan. Mungkin saat ini permainanku sedang naik level, mungkin saat ini aku lagi berperang dengan musuh yang besar dan mungkin saat ini aku sedikit lagi menuju kemenangan. Seketika itu aku menyadari bahwasanya kehidupan ini merupakan sebuah game yang menyenangkan yang harus aku selesaikan sampai benar- benar selesai.

Memang ketika lulus SMA aku tersadar bahwasanya hidup ini bukan hanya urusan berfikir memperdalam kemampuan, memperdalam ilmu dan mengasah otak tetapi di moment ini aku diharuskan untuk produktif, lebih mandiri dan lebih banyak berkarnya sehingga apa yang aku jalani mulai dari kecil, hal dasar yang ditanamkan oleh orang tua menjadi sebuah kegiatan yang dapat bermnfaat dan meghasilkan uang disaat aku beranjak dewasa.

Kegiatan itu aku isi dengan beberapa pekerjaan yang mengahruskan diri ini berjuang lebih giat lagi, sampai akhirnya diri ini berusaha untuk berbisnis, berdagang dan menggapai pendidikan lagi dengan daftar di bangku perkuliahan, Lulus sekolah menengah merupakan adaptasi yang begitu nyata bagi kehidupan ini. " dan nanti kehidupan, perjuangan di waktu perkuliahan akan aku jelaskan di bab selanjutnya" mulai dari perjuangan ditolak di kampus negeri, perjuangan di tolak mencari beasiswa, dan perjuangan menempuh perkuliahan di kampus kecil yang tidak terkenal.

Sebuah moment yang mengharuskan diri ini harus bersukur dan bangga dengan kemampuan yang aku miliki, karena kehidupan ini bukan soal bacground kampus, bukan soal bacground keluaraga dan kehidupan ini bukan hanya soal latar belakang teman. Tetapi kehidupan ini soal mencintai diri sendiri sehingga menciptakan passon yang bisa di kembangkan dikemudian hari.

Silahkan dibaca terus per babnya. Akan aku jelaskan bagaiamaina sudut lain tentang perjuangan di pendidikan yang begitu banyak, yang begitu menarik dan yang jelas pendidikan bukan hanya belajar didalam kelas, mentransfer ilmu dan mempresentasikan didepan.

Tulisan syihabbudin // dicafe bob // 13- 07- 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun