Banyak di antara kita penulis yang sebenarnya tidak pandai bercerita di depan banyak orang atau mengungkapkan materi yang ia tulis di depan masyarakat. Bukan berarti tulisan kita yang jelek namun banyak yang merasa tidak menguasai teknik bicara di depan umum.Â
Sebagian dari penulis itu lebih memilih menjadi penulis hening, yaitu seseorang yang mengungkapkan apa yang ada di otaknya ke dalam tulisan, meskipun begitu ada banyak yang mampu berbicara dengan baik di depan umum.
Itu sedikit unek-unek dari penulis yang karyanya sudah tidak diragukan lagi, bahkan menjadi langganan media. Mungkin penulis cerpen, penulis ilmiah, atau penulis kolom di media cetak maupun media elektronik. Ada beberapa orang yang merupakan tipe penulis penyendiri dan tidak suka publikasi.Â
Ia hanya ingin mengutarakan isi hatinya melalui tulisan, bahkan suka memublikasikan tulisannya bukan dirinya. Ia tidak suka menunjukkan dirinya, bahkan hanya diberikan inisial saja atas karyanya.Â
Sang penulis tidak mau orang tahu siapa ia atau kehidupan pribadinya terpublikasi. Saya? Saya mungkin dalam kategori tengah, saya termasuk orang yang tidak mau kehidupan pribadi saya terpublikasi.
Jadi teringat Presiden Joko Widodo kala memanggil masyarakat untuk membaca pancasila, hal yang mudah namun jadi berantakan apabila dilakukan di depan umum.Â
Entah sudah berapa kali saya ditawarkan untuk mengisi seminar dan talkshow kepenulisan. Sesuatau yang sudah saya susun kadang menjadi berantakan kala harus di depan umum, mungkin saya bisa menekan gemetar tubuh namun saya tidak bisa menghilangkan nervous.
Demam Panggung
Meski termasuk senang bercerita, namun setiap kali tawaran itu datang, saya selalu gemetaran duluan. Lalu kemudian bingung, nanti mau ngomong apa ya? Sering saya coba menata dengan baik apa yang akan saya sampaikan namun semua jadi berantakan kala harus di panggung.Â
Banyak yang menasihati saya untuk berlatih di depan cermin, "Ayo latihan bicara di depan panggung. Mula-mula ke kampus dulu, yang penting kan latihannya itu.Â
Nanti kalau sudah berani dan pandai bicara, pasti banyak yang manggil kamu untuk jadi pembicara. Saya dulu juga seperti kamu, pemalu. Saya latihan dengan cara begitu, sekarang jadi terbiasa." Itu salah satu nasihat yang saya terima.
Saya merenung memikirkan hal itu, sudah hampir 5 tahun saya berlatih tapi masih demam panggung juga. Kadang saya harus dipaksa untuk naik panggung, tidak jarang orang berkomentar  "Kirain orangnya romantis, ternyata pendiam banget.", memang di tulisan kadang saya menulis hal-hal yang romantis namun dalam kehidupan sehari-hari saya jauh dari kata romantis.
Meski sekarang sudah mulai bisa mengatasi demam panggung namun belum hilang total. Saya nikmati aja rasa itu sebagai tantangan, yang pasti tetap berkarya dengan tulisan.
Penulis Juga Bisa Sosialisasi Pajak
Ada beberapa orang yang diberikan anugerah sebagai orator, seperti presiden pertama kita Soekarno, Bung Tomo, atau komedian Cak Lontong, mereka terbiasa menyampaikan apa yang menjadi tujuan secara langsung bahkan dengan konsep yang sederhana. Tidak jarang yang mendengarkan bisa bangkit semangatnya dan memamahi apa yang dimaksud dari pembicara.
Meskipun kita tidak sepandai orator dalam menyampaikan gagasan di depan umum, tetapi penulis saat ini juga bisa menyampaikan gagasan melalui media cetak. Tidak jarang hal ini malah menjadi yang menarik.Â
Sosialisasi saat ini lebih banyak dilakukan dengan menggunakan media sosial, alasan waktu dan jarak menjadi hal yang utama. Sosialisasi melalui tulisan bahkan bisa jadi lebih efektif dibanding sosialisasi langsung.
Beberapa keunggulan sosialisasi melalui tulisan, pertama, yang disampaikan bisa lebih terstruktur, bisa dibaca berulang kali oleh pembaca, jangkauannya bisa lebih luas dan waktu menikmati sosialisasi bisa kapan saja tergantung yang melihatnya.Â
Namun sosialisasi melalui tulisan juga harus menghindari beberapa hal, seperti kalimat yang provokatif, kalimat yang menjurus ke SARA meskipun hanya contoh, serta kalimat yang dibuat harus sederhana dan mudah dimengerti.
Menyosialisasikan pajak melalui tulisan juga memberikan tantangan tersendiri, apabila kita terlalu text book atau sesuai dengan undang-undang maka akan tampak membosankan. Kita harus pandai memilih kalimat, beberapa kalimat jenaka juga sebaiknya diselipkan, bisa juga ditulis selayaknya cerpen. Narasi yang bagus akan membawa pembaca tidak bosan bahkan kadang menunggu kapan tulisan itu ada lagi.Â
Seperti halnya seorang penyuluh, seorang penulis juga harus bisa membawa suasana dan siapa sasaran pembaca tulisannya, sehingga bahasa yang digunakan tepat.
Hening Bukan Berarti Diam
Tidak bersuara bukan berarti kita tidak melakukan apapun atau tidak melakukan sesuatu. Seorang penulis bisa juga menyampaikan kisah inspiratif yang bisa menggugah semangat seseorang untuk melakukan sesuatu. Beberapa kisah inspiratif secara tidak langsung membuat seseorang bergerak untuk melakukan hal yang benar.
Mungkin saat ini semua orang beranggapan bahwa ujung tombak dalam penerimaan adalah Account Representative, Pemeriksa, Jurusita, atau Penilai, sangat jarang yang beranggapan bahwa para penyuluh juga berperan dalam penerimaan.Â
Memang belum bisa diukur berapa besar pengaruh penyuluh atau berapa besar pengaruh tulisan terhadap kesadaran wajib pajak, tapi saya yakin pengaruhnya ada.Â
Saya yakin tidak sedikit wajib pajak yang tahu akan hak dan kewajiban setelah membaca tulisan atau mendengar penyuluhan, mungkin mereka menjadi sadar akan kewajiban membayar pajak.
Sebagai perbandingan saat ini banyak tutorial pengisian SPT tahunan melalui channel YouTube, mereka merasa lebih nyaman belajar mengisi dengan tutorial jika dibandingkan bertemu dengan AR.Â
Bahkan tidak jarang masyarakat akan sadar terhadap peranan pajak dalam pembangunan bangsa Indonesia, sehingga mereka terketuk untuk membayar pajak.Â
Jadi, penulis yang mungkin dikatakan hening bukan berarti diam atau tidak peduli terhadap target penerimaan pajak. Mereka berusaha mendorong masyarakat atau wajib pajak membayar kewajiban perpajakan dengan cara sendiri. (MBT)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H