Ilustrasi Pasukan Garuda di Luar Negeri | kabarbisnis.com
Sukses Negosiator Mayjen (Purn) Kivlan Zein dalam membantu pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina mengingatkan pada peristiwa penyanderaan 11 perwira PBB dari beberapa negara oleh pasukan Khmer Merah di Kamboja pada 1992.
Berbagai upaya telah dilakukan PBB untuk bisa membebaskan 11 perwira yang berasal dari beberapa negara. Meski sudah dibicarakan di New York, ternyata tidak ada satu negara pun yang berhasil membebaskannya, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
Akhirnya, Pimpinan UNTAC (united nation transitional authority in Cambodia) Yasushi Akhasi meminta Letkol Inf. Ryamizard Ryacudu untuk memimpin langsung pembebasan para perwira yang disandera oleh pasukan Khmer Merah tersebut.
"Saya hanya minta satu syarat!" kata Bang Mizard kepada saya ketika menjabat Pangdam V Brawijaya. Apa syaratnya? "Kalau tugas ini sudah diserahkan pada saya (Indonesia), tidak boleh ada satu negara lain pun yang ikut campur!"
Pernyataan tegas itu disampaikan kepada Yasushi Akhasi yang berasal dari Jepang itu. Dan, akhirnya setelah melalui pendekatan teritorial dan intelijen, ke-11 perwira itu dibebaskan oleh Khmer Merah. Sejak saat itulah nama TNI harum di Kamboja.
Ketika terjadi penculikan dan penyanderaan oleh Khmer Merah, saat itu Pasukan Garuda XII B dipimpin Letkol Ryamizard Ryacudu. Pasukan ini menggantikan Pasukan Garuda XII pimpinan Letkol Erwin Sedjana. Setelah itu Pasukan Garuda XII C dikomandani Letkol Darmawi Chaldir.
Menurut Bang Mizard, ketika pasukannya baru tiba di Kamboja, mereka melakukan defile pasukan keliling ibukota Kamboja, Phnom Penh. "Yah, kita waktu itu memang sengaja "show of force" keliling kota," ungkapnya.
Hari-hari pertama mulai bertugas untuk melucuti senjata para pihak yang bersengketa sangatlah berat. Teror dari pasukan Khmer Merah pun dirasakan anak buah Bang Mizard. "Pernah suatu malam tenda kita diserang dengan pelontar granat," ujarnya.
Alhamdulillah. Granat itu tidak sampai meledak. Tetapi yang terjadi adalah rangsel anak buahnya terlempar keluar dari tenda. "Saat itu anak buah saya sedang sholat Tahajjud, jadi ranselnya ikut terlempar keluar. Andai saat itu anak buah saya sedang tidur, habislah seisi tenda," ungkapnya.
Menurut Bang Mizard, terjadinya penyanderaan 11 perwira asing itu karena sebenarnya akibat ulah mereka sendiri. "Kebanyakan mereka ini tidak bisa mendekati rakyat dan Khmer Merah. Mereka juga dikenal sombong, sehingga itulah akibatnya," lanjutnya.