Waktu seakan begitu lamban, ketika duduk menunggu  penyerahan penghargaan sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi DKI Jakarta yang bertempat di gedung PKK,  Jalan Kebagusan Raya, Jakarta Selatan,  Selasa, 8 Oktober 2024.Â
Sudah hadir beberapa teman yang juga mendapatkan penghargaan yang sama, yaitu sekolah adiwiyata tingkat DKI Jakarta. Tepatnya ada 39 sekolah, Â dari jenjang SD, SMP, dan SMA atau SMK. Â Ada Bapak Atomi, kepala SMPN 184 Jakarta Timur. Ada Pak Tarjono, Â kepala SMPN 209 Jakarta Timur. Ada Pak Suparnyo, Â kepala SMPN 144 Jakarta Timur. Ada Pak Nasirudin dari Jakarta Pusat. Ada Priyono dari Jakarta Utara. Â Asa Bu Heny dan Pak Safrinal dari jenjang SD.
Kami sudah diharuskan sampai tempat acara pada pukul 09.00 untuk Gladi Resik acara. Â Acaranya sendiri baru akan dilaksanakan pada pukul 14.00. Â Cukup melelahkan.Â
Lebih melelahkan, Â tentunya perjuangan untuk mendapatkan predikat sebagai sekolah adiwiyata tingkat provinsi. Â Pendaftaran dilaksanakan pada Bulan Maret 2024. Â Syarat utamanya tentulah sekolah yang sudah mendapatkan piagam adiwiyata tingkat kota minimal 2 tahun.Â
SMPN 52 Jakarta mendapatkan piagam adiwiyata tingkat kota Jakarta Timur pada tahun 2022 sehingga bisa ikut mendaftar sebagai sekolah adiwiyata tingkat provinsi pada tahun 2024 ini.
Setelah diberikan pengarahan tentang apa dan bagaimana persiapan yang harus dilakukan pada bulan berikutnya,  sekitar bulan April,  kami langsung bekerja keras untuk mencapai nilai minimal untuk menjadi sekolah adiwiyata tingkat provinsi.  Nilai minimal sesuai ketentuan adalah sekolah adiwiyata tingkat kota harus mencapai nilai minimal 70, untuk tingkat provinsi minimal mencapai nilai 80, untuk tingkat nasional minimal 90, dan untuk adiwiyata mandiri harus mencapai nilai  sempurna 100.
Penilaian adiwiyata meliputi banyak hal.  Pertama,  pencantuman dalam KSP atau Kurikulum Satuan Pendidikan.  Dalam visi,  misi, dan tujuan harus tercermin sikap  terhadap pengelolaan sampah,  penghematan energi,  dan pengelolaan air.
Kedua, guru-guru harus mampu menerjemahkan visi, misi, dan tujuan pengelolaan lingkungan dalam RPP atau modul pembelajaran nya. Semakin banyak guru yang bergerak dalam pengelolaan lingkungan di modul ajarnya tentu memiliki nilai lebih.
Ketiga,  peserta didik sendiri dibagi dalam beberapa kelompok kerja atau pokja.  Ada pokja pengelolaan sampah,  misalnya, komposting dan bank sampah.  Ada juga pokja tanaman atau taman. Ada juga pokja hidroponik.  Ada juga pokja hemat energi  dan pemanfaatan barang bekas agar sampah terkurangi.
Kerja untuk mencapai predikat sekolah adiwiyata bukan kerja seorang kepala sekolah. Â Semakin banyak pihak terlibat tentu mendapatkan penilaian tersendiri.Â
Setelah semua persiapan dilalui, Â tibalah saatnya tim dari Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Timur membantu memverifikasi semua instrumen penilaian. Â Nilai yang kami peroleh baru 81, sehingga disarankan untuk menambah poin agar tidak tereliminasi jika nilai lebih tinggi dari ketentuan.Â
Langkah berikutnya, Â kami dikumpulkan di gedung Walikota Jakarta Timur sebagai salah satu persiapan penilaian. Diundang juga lurah dan camat. Â Diharapkan kelurahan dan kecamatan membantu kesuksesan peraihan sekolah adiwiyata di Jakarta Timur untuk tingkat provinsi.Â
Kami dibantu oleh dinas dan juga oleh kelurahan dan kecamatan. Â Sehingga persiapan untuk penilaian sekolah adiwiyata lebih mantap.Â
Sampai akhirnya pengumuman itu datang. Â Kabar baik yang seperti hujan pertama setelah kemarau panjang. Â Menyejukkan. Â Undangan itu datang kepada kami, agar pada tanggal 8 Oktober datang ke Balai Agung Balai kota. Â Akan tetapi, Â karena ada halangan akhirnya acara penyerahan penghargaan dipindahkan ke gedung PKK.
Demikian cerita singkat menuju prestasi sekolah adiwiyata tingkat provinsi yang diperoleh SMPN 52 Jakarta pada tahun 2024 ini.
Semoga dapat menginspirasi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H