Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kematian Lurah Warmun

19 Agustus 2024   08:50 Diperbarui: 19 Agustus 2024   08:51 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga sekampung dibuat mendadak sontak kaget mendengar pengumuman dari toa masjid. Bahkan banyak yang merasa telinganya tak bisa mendengar suara pengumuman itu dengan baik.  Beberapa warga langsung menghentikan aktivitasnya agar lebih konsentrasi mendengar pengumuman itu.

"Warmun mati?" kata Sarno.  Pada dirinya sendiri karena Sarno sedang berjalan sendirian menuju sawahnya yang sekarang sedang ditanami cabe.

"Warmun mati?"

"Warmun mati?"

Dan akhirnya warga pada bergerombol untuk saling meyakinkan bahwa apa yang didengarnya memang tidak salah.  Dan semua warga memang mendengar pengumuman kematian lurah Warmun.

Kampung atau desaku hanyalah desa kecil di sebuah kaki gunung Slamet.  Kalau dicari dalam peta juga mungin tak akan tertemukan.  Mungkin terlalu kecil untuk memasukkan sebuah kampung dalam sebuah peta.  Apalagi kampungku tidak memiliki keistimewaan apa-apa.

Kecuali tentang lurahnya.  Lurah Warmun.

Sudah satu bulan ini, berita tentang Lurah Warmun ada di mana saja.  Di koran cetak, di koran online, di grup WA, di twitter.  Pokoknya, tak ada yang tak memebritakan tentang Lurah warmun.

Tentang apa?

Entah bagaimana asal mulanya, tapi saat ini Lurah warmun terdaftar namanya sebagai calon bupati dari jalur independen.  Padahal, semua orang tahu jika hal itu tak mungkin.  Mana mungkin Lurah warmun bisa mengumpulkan banyak KTP untuk mencalonkan diri sebagai calon bupati dari jalur independen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun