Warga sekampung dibuat mendadak sontak kaget mendengar pengumuman dari toa masjid. Bahkan banyak yang merasa telinganya tak bisa mendengar suara pengumuman itu dengan baik. Â Beberapa warga langsung menghentikan aktivitasnya agar lebih konsentrasi mendengar pengumuman itu.
"Warmun mati?" kata Sarno. Â Pada dirinya sendiri karena Sarno sedang berjalan sendirian menuju sawahnya yang sekarang sedang ditanami cabe.
"Warmun mati?"
"Warmun mati?"
Dan akhirnya warga pada bergerombol untuk saling meyakinkan bahwa apa yang didengarnya memang tidak salah. Â Dan semua warga memang mendengar pengumuman kematian lurah Warmun.
Kampung atau desaku hanyalah desa kecil di sebuah kaki gunung Slamet. Â Kalau dicari dalam peta juga mungin tak akan tertemukan. Â Mungkin terlalu kecil untuk memasukkan sebuah kampung dalam sebuah peta. Â Apalagi kampungku tidak memiliki keistimewaan apa-apa.
Kecuali tentang lurahnya. Â Lurah Warmun.
Sudah satu bulan ini, berita tentang Lurah Warmun ada di mana saja. Â Di koran cetak, di koran online, di grup WA, di twitter. Â Pokoknya, tak ada yang tak memebritakan tentang Lurah warmun.
Tentang apa?
Entah bagaimana asal mulanya, tapi saat ini Lurah warmun terdaftar namanya sebagai calon bupati dari jalur independen. Â Padahal, semua orang tahu jika hal itu tak mungkin. Â Mana mungkin Lurah warmun bisa mengumpulkan banyak KTP untuk mencalonkan diri sebagai calon bupati dari jalur independen.