Dalam hal ini, saya patut mengucapkan terima kasih kepada Soeharto. Â Karena, Â di kampung ku di bangun SD inpres. Lokasi SD yang begitu jauh, Â tidak lagi jauh karena ada SD inpres.Â
Sayangnya, Â belum ada SMPN dan SMAN di kampung ku atau tepatnya di kota kecamatan ku. Sehingga saya harus mau bersekolah di sekolah swasta apa adanya, Â terutama guru guru nya. Ada guru ku tamatan SMP yang mengajar di SMP. Ada juga guruku tamatan SMA yang mengajar SMA.Â
Kuliah?
Sebetulnya cuma mimpi. Tapi alhamdulillah, Â mimpi itu bisa terwujud. Â Dan berkat ini juga saya harus berterima kasih kepada Presiden Soeharto.Â
Waktu kuliah, Â uang kuliah cuma 100 ribu rupiah. Bapakku yang petani kluthuk masih bisa membiayai kuliah ku.Â
Semester 5 sudah dapat beasiswa. Â Banyak juga beasiswa saat itu. Ada yang bisa diambil di semester 3. Karena saya memang brrcita cita menjadi guru dari awalnya, Â maka saya mengambil beasiswa ikatan dinas. Setelah lulus, Â langsung ditempatkan.Â
SMA di kampung kecil, di sekolah swasta yang sederhana, Â tentu tak bisa membantu mengembangkan diri. Â Maka, niatku kuliah karena itulah jalan satu satunya yang tersedia bagi saya untuk bisa mengembangkan diri.Â
Menjadi pengusaha? Tak mungkin, Â karena tidak punya apa-apa.Â
Timbunan buku di kampus dan di perpustakaan perpustakaan kota, benar-benar membuka cakrawalaku. Perpustakaan adalah dunia yang selama di kampung sangat dirindukan tapi tak pernah tertemukan.Â
Jadi, kuliah memang terkadang menjadi jalan tunggal untuk memperbaiki diri. Â Jika ada yang begitu lantang mengatakan keberhasilan seseorang tidak ditentukan karena kuliah, apakah dia sendiri tidak kuliah dan juga berhasil? Pasti cuma omong kosong.Â
Bagi orang kampung, Â kuliah adalah harapan masa depan. Ketika UKT naik jor joran, yang ada di otak saya, Â apakah penentu kebijakan semua orang kaya yang tak pernah sulitnya hidup saat harus berjuang dari sebuah kampung, Â yang kadang tak tertemukan dalam peta?
Liberalisasi pendidikan, terutama perguruan tinggi harus dihentikan. Bikin pendidikan tinggi semurah mungkin. Â Agar talenta talenta hebat dari kampung kampung dapat menemukan oasenya.Â
Saya kadang jadi rindu Soeharto.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H