Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kebijakan tentang Guru yang Tak Pernah Jelas

4 Februari 2024   11:38 Diperbarui: 4 Februari 2024   11:51 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kebayang di benak para capres gaji guru honorer atau KKI di DKI Jakarta yang tempatnya mungkin saja hanya beberapa meter dari istana negara?

Saat ini, guru honorer atau guru KKI (guru yang direkrut oleh pemda) masih bergaji UMR. Meskipun dia sarjana, bahkan ada pascasarjana. 

Padahal,  gaji pekerja KKI lain seperti  penyapu jalan atau pembersih sungai yang hanya memerlukan ijazah SMP, atau kalau di sekolah penjaga sekolah atau caraka sekolah yang juga hanya bekerja untuk benda benda mati digaji UMR juga. 

Artinya apa? Artinya,  para pemimpin negeri ini masih abai terhadap pendidikan. Bagaimana mungkin mereka bicara tentang persaingan global dengan kondisi pendidikan yang dikelola asal asalan?

Bagaimana pun juga, bicara kualitas pendidikan jelas tak mungkin dilepaskan dari pembicaraan tentang kesejahteraan guru.  Guru yang hidup dalam himpitan hutang tentu tak mungkin diharapkan mampu mengembangkan diri. 

Guru yang tak mampu mengembangkan diri tentu tak mungkin diharapkan  dapat mengembangkan peserta didik.  Bagaimana guru mampu membeli kuota internet atau membeli buku untuk mengisi ruang pemikirannya?

Anehnya,  Kemendikbudristik malah sibuk dengan aneka aplikasi yang memberatkan guru. Alih-alih berupaya meningkatkan kapasitas guru, malah menjadi monster dengan aneka pekerjaan,  bahkan disertai dengan aneka ancaman. 

Guru profesional yang selama ini dituju oleh Kemendikbudristik juga mendekati gagal total.  Sudah puluhan tahun tetapi tetap saja tak kunjung selesai. Bahkan ada upaya upaya terstruktur untuk menghilangkan program sertifikasi guru karena dianggap membebani. 

Kemudian muncul program baru ambisius melalu Guru Penggerak.  Sebentar lagi program ini juga pasti akan gagal karena tidak pernah jelas sebagai program jangka panjang pengelolaan guru.

Program Guru Penggerak lebih cenderung sebagai program Nadiem Makarim.  Jika Sebentar lagi Nadiem lengser,  tak ada yang bisa menjamin program ini akan diteruskan oleh penggantinya. 

Sangat diperlukan program pengelolaan guru yang berjangka panjang dan menyeluruh.  Sehingga guru juga bisa membuka jalan sendiri sesuai dengan program pemerintah.  Guru tidak lagi khawatir jika program berhenti di tengah jalan atau terancam berhenti di tengah jalan seperti Program Sertifikasi Guru dan Program Guru Penggerak. 

Masih banyak persoalan guru di negeri ini. Jika persoalan guru tak bisa dicarikan solusi oleh para capres,  maka tak usah bicara tentang peringkat PISA yang selalu berada d8 posisi buncit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun