Saya dan Syam. Cuma berdua.  Sudah janjian sebelum  Magrib.  Kami berdua berusaha agar teman yang lain tidak tahu.
Malam penuh purnama. Walaupun tidak  seterang matahari,  tapi bulan membuat kami berdua bisa berjalan di pematang sawah tanpa harus menggunakan senter.Â
"Kamu yakinkan, kan, Syam?" tanyaku.Â
"Iya."
Di Kampungku memang masih ada upacara kecil seperti  menjelang panen padi.  Mereka menganggapnya sebagai wujud rasa syukur. Bentuknya bermacam macam, tergantung kemampuan.  Yang biasanya pasti ada dalam upacara itu adalah panggang ayam.Â
"Kamu tahu tempatnya?"
"Tahu."
Ada pohon kecil di ujung pematang. Â Di bawah pohon itu ada sebuah batu yang atasnya sudah dibuat datar. Â Ayam panggang ada di situ.Â
"Itu."
Bau ayam panggang masih bisa tercium dari jarak 5 meter. Air libur pun berleleran.Â