"Nanti kamu nginep saja di hotel Retno. Â Sudah aku hubungi orangnya untuk datang ke hotel."
Itu pesan WA temanku saat aku sampaikan keinginan ku untuk pergi ke pesarean Gunung Kawi.Â
Kalian pasti mengira aku hendak ikut pesugihan di pesarean Gunung Kawi. Â Salah. Â Aku tak tertarik dengan hal seperti itu.
Lalu untuk apa pergi ke sana?
Aku sedang menulis sebuah novel horor. Sudah sebulan mentok, Â tak ada kemajuan. Â Entah kenapa, Â mendadak kepikiran untuk pergi ke pesarean Gunung Kawi.Â
"Yakin?"
"Iya."
"Baik kalau mau berangkat bilang."
Sekarang aku sudah sampai di hotel yang direkomendasi temenku itu. Sedang leyeh leyeh menghilangkan rasa pegal, ketika seseorang terdengar mengetuk pintu.Â
"Cari siapa?"
"Bono?"
Aku menganggur. Dia kupersilakan masuk. Â Duduk di kursi itu.
Setelah berbagai basi, kemudian dia menyuruh saya memejamkan mata. Tidak boleh membukanya jika belum disuruh.Â
Setelah terdengar suara dia menyuruh membuka mata, aku buka mata pelan pelan. Pemandangan yang kulihat sungguh sangat menakjubkan.Â
Aku sedang duduk di sebuah singgasana. Â Aku menjadi seorang raja. Â Ada mahkota di kepala ku.
Di hadapan ku, tampak  orang orang sedang membungkuk memberi hormat.  Jika dilihat dari pakaiannya,  mereka tentulah para prajurit. Di tangannya juga terpegang tombak.Â
Aku bingung sendiri.Â
Tambah bingung ketika di sampingku duduk seorang perempuan dengan pakaian permaisuri. Cantik dan anggun seperti dalam film.Â
Ketika permaisuri memandang ke arahku, Â aku benar-benar kaget. Wajahnya benar-benar persis seperti wajah istriku.Â
Aku hanya termangu.Â
Sampai tulisan ini kuunggah di Kompasiana, baru sampai di situ peristiwa yang kuingat. Suatu saat kuceritakan lanjutan nya jika ingatanku sudah kembali. Suer!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI