Sudah seminggu dia mulai berdagang sayur lagi. Â Aku perhatikan, Â dia sering melirik ke rumahku kalau pas lewat sini.
Laki-laki itu lucu. Apalagi dengan gigi gingsulnya. Â Kalau ngomong, aku selalu perhatikan mulutnya, Â lebih tepatnya gigi gingsulnya.Â
"Apalagi, Bu?"
Dia pedagang sayur paling ramah. Â Setiap pertanyaan dijawab dengan baik baik dan sopan. Kadang, Â malah menolong siapa pun yang sedang sekarat kantongnya dengan boleh hutang.Â
"Bayar nanti ya, Bang?"
Dia mengangguk. Dan tersenyum. Â Dan lucu dengan gigi gingsulnya.Â
Mulai bikin resah ketika secara tak sengaja dia bilang, "Paling mati besok."
Besoknya Bu Rodi meninggal. Â Seperti yang dikatakan pedagang sayur be4gigi gingsul itu.
Tapi, saat itu semua menganggap sebagai kejadian biasa. Â Orang memang sudah dijatah waktunya bisa memghirup udara. Â Kalau waktunya habis, v walaupun hidungnya banjir, tetep saja mati.
Sebulan kemudian, Â seorang ibu mendengar lagi tukang sayur bergigi gingsul itu berkata tanpa dia sadari, Â "Lusa pasti mati."