Setiap pergantian kurikulum, Â akan disertai dengan aneka pelatihan untuk guru sebagai pelaksana kurikulum tersebut di lapangan. Â Dulu sering dikenal ada 2 kurikulum, Â kurikulum yang tertulis dan kurikulum yang mewujud dalam pembelajaran oleh guru.
Mengapa muncul 2 kurikulum?
Pertama, guru belum memahami betul landasan kurikulum baru.  Guru hanya membaca apa yang tertulis.  Karena pelatihan guru terpusat di kota, maka munculnya 2 kurikulum lebih sering terjadi di daerah  yang kurang tersentuh.
Kedua, akibat dari tidak pahalanya guru terhadap kurikulum baru, maka pembelajaran di kelas sendiri berjalan sesuai dengan apa yang dapat dipahami guru. Jika tidak sejalan dengan maksud hadirnya kurikulum bari, hal tersebut jelas wajar adanya.Â
Ketika muncul Kurikulum Merdeka, Â ada suasana berubah. Â Hampir dapat dikatakan tak ada pelatihan masih terhadap guru untuk memahami kurikulum baru tersebut. Â Hanya guru yang mendaftar dan lolos sebagai guru penggerak yang mendapat pelatihan intensif sekitar 6 bulan.
Lalu kemana guru belajar memahami kurikulum tersebut?
Muncul aplikasi PMM.  Dalam aplikasi tersebut tersedia aneka topik pembelajaran  berdasarkan kurikulum baru.Â
Video Video yang disediakan dalam aplikasi PMM diharapkan mampu menjadi wahana belajar mandiri para guru. Tapi harapan itu tidak bisa berjalan maksimal. Â Masih banyak guru yang malas membuka PMM.Â
Guru merasa bahwa memahami materi hanya dari melihat video belum mencukupi. Â Apalagi untuk para guru senior. Guru terkadang merasa penjelasan terlalu cepat atau penjelasan yang kurang jelas. Jika pada saat pelatihan luring, Â mereka bertanya, Â di aplikasi tidak bisa. Â Ketika tidak paham ya sudah, terima saja.
Guru-guru di daerah yang belum memiliki Internet juga menjadi kendala guru dalam memasuki aplikasi PMM. Â Sinyal lemah juga bukan sesuatu yang asing. Â Bahkan asa menara BTS yang belum berfungsi karena korupsi di Kominfo beberapa waktu lalu.Â
Anggaran untuk menonton video di PMM juga menjadi salah satu hambatan. Â Guru yang sudah memiliki sertifikasi, Â jelas tak masalah. Â Bagaimana dengan guru honor atau PNS tapi anaknya masih kuliah.Â
Oleh karena itu, model pelatihan melalui PMM dirasa masih sangat kurang dari cukup.  Tetap harus ada pelatihan luring sebagai  pembinaan terhadap guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H