Memaknai Hari Libur

Dulu, sewaktu anak anak masih kecil,  hari libur adalah waktu yang kulalui bersama mereka. Tak ingin membuang waktu di lain tempat.  Kecuali bersama mereka. 

Kini, mereka,  anak anakku itu sudah besar. Yang kecil sudah mulai menapaki bangku kuliah. Jelas bukan anak anak lagi.

Akhirnya,  kupelihara burung untuk sekadar mengisi hari libur. Setiap hari Minggu pagi,  memberi makan dan minum mereka.  Ada 4 burung dalam satu kadang yang lumayan besar untuk ukuran burung. 80 cm x 3 meter. 

Suaranya begitu menentramkan.  Ketika kuketik tulisan ini, sayup sayup kudengar suara burungku itu. Kadang,  jam 3 malam pun bernyanyi. Ada 2 burung puter atau sepasang.  Ada 1 perkutut dan 1 parkit.  Dulu semuanya sepasang. 

Sekarang,  koleksi bunga kamboja jepangku juga berjejer  di depan rumah.  Sudah ada yang berbunga,  ada yang baru 2 cm.   Semua nuansa merah. Dulu,  pernah ada warna putih,  tapi  ketika diganti potnya terserang penyakit dan busuk. 

Setiap sore, aku sirami.  Terutama saat pulang solat Asyar.  Walaupun kemarau,  bungaku sangat hijau. Ada juga kutanam terong  ungu.  Sudah ada yang berbuah.  Tak mau saya petik.  Lebih nikmat ketika memandangi buah ungu tersebut daripada memasaknya. 

Kegiatan lain untuk liburan adalah beres beres rumah.  Aku sadar,  kondisi rumah akan sangat berpengaruh pada psikologi para penghuninya.  Rumah yang tertata akan membuat tenang penghuni rumah.  Sebaliknya dengan rumah yang terlihat berantakan. 

Sebagai pembaca yang baik, aku selalu menyempatkan diri mampir pameran  buku.  Tapi, sekarang sulit untuk menghabiskan buku dalam 2 kali duduk.  Akibatnya,  masih banyak buku yang berplastik.  

Saat libur,  buku buku itu kubereskan juga. Dari memberrskan itulah akhirnya hasrat membaca muncul lagi.  Menikmati buku menjadi alternatif mengisi waktu libur.

Besok Senin. Aktivitas kembali biasa.  Seharusnya,  setelah libur,  semangat meningkat,  bukan malah ogah ogahan.  Mari kita sambut hari Senin dengan semangat baru. 

Terus melaju untuk Indonesia Maju.