Mulai muncul pemikiran yang di luar nalar. Masa kepala desa berkuasa 27 tahun? Bisa jadi 27 tahun itu sama dengan seumur hidup.Â
Bukan hanya di luar nalar, tapi juga sebuah pengkhianatan terhadap reformasi yang diperjuangkan mahasiswa dengan korban banyak nyawa.Â
Kita semua tahu, bahwa reformasi muncul karena kemuakan generasi muda terhadap kerakusan kelompok tertentu terhadap kekuasaan. Kekuasaan tak lagi dianggap sebagai sebuah amanah yang harus dijaga.Â
Kita akhirnya membatasi kekuasaan menjadi maksimal 2 periode, saat 1 periode nya 5 tahu. Atau maksimal 10 tahun.Â
Tuntutan reformasi terutama untuk jabatan presiden. Akan tetapi, pada dasarnya pembatasan kekuasaan hanya untuk 2 periode diharapkan berlaku untuk semua kekuasaan.Â
Seharusnya juga anggota legislatif juga cukup 2 periode. Tapi nyatanya ada yang sampai bangkotan tak mau bergeser. Padahal gubernur, walikota, dan bupati yang merupakan jabatan politik sudah semua dibatasi menjadi 2 periode saja.Â
Eh, muncul raja raja desa yang menggebrak perpolitikan nasional. Mereka bahkan mengancam jika aspirasinya tak terpenuhi.Â
Aspirasinya tidak tanggung tanggung, minta jabatan nya berlangsung 9 tahun. Kemudian periode juga 3 periode. Jika dijumlah 3 periode kali 9 tahun maka mereka akan ongkang ongkang selama 9 tahun.Â
Sebuah tuntutan di luar nalar dan pengkhianatan terhadap reformasi. Kita semua harus melawan sikap segelintir manusia yang seperti ini.Â
Bangsa ini tak boleh lagi ditarik mundur jauh. Kita harus tatap ke depan.Â
Tak boleh ada kekuasaan yang langgeng. Karena hanya akan memunculkan otoritarianisme di mana mana.Â
Darah mahasiswa yang berjuang untuk reformasi masih hangat. Jangan khianati reformasi dengan nafsu nafsu tak terkendali.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI