Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kesetiaanku untuk Kompas

15 Januari 2023   08:45 Diperbarui: 15 Januari 2023   09:10 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah bukan berita menarik lagi ketika suatu pagi dikabarkan ada koran yang berpamitan tidak akan terbit lagi untuk waktu waktu akan datang. Mereka memang kalah dan menyerah. 

Kompas masih menghampiri pagiku sampai saat ini. Sudah banyak hal yang kulahirkan dari pembacaan Kompas yang bagiku sudah cukup panjang. Sejak mulai menyebut diri sebagai mahasiswa. Tanpa membaca Kompas, belum penuh sebutan mahasiswa untuk diriku. 

Kemampuan menyajikan sebuah fakta dengan cara yang baik, menjadi cara yang terkadang saya tiru dalam membuat tulisan. Sehingga mampu melakukan begitu tanpa harus begitu. 

Ada yang mengatakan bahwa akhir akhir ini kepakaran telah hilang. Siapa saja bisa ngomong apa saja dengan siapa saja tanpa jelas dia sebetulnya siapa. Jangan heran jika ada orang yang baru baca dua buku agama bicara menghujat pakar agama, yang bahkan setiap hari mengajar mahasiswa S3 di perguruan tinggi agama. Si pembaca dua buku merasa lebih pakar dari si pengajar S3. 

Ada juga yang bicara ngawur melalui kanal YouTube nya seakan akan pakar padahal nilai pelajaran tentang apa yang diomongin, pada saat masih sekolah SMA selalu berwarna merah. 

Wajar saja jika pada saat dunia kehilangan kepakarannya, koran koran juga limbung. Untuk apa baca koran kalau apa yang ditulis hanya begitu saja? Melalui algoritma, seseorang memang sudah digiring ke kelompok tertentu. Mereka hanya mau pendapat yang sesuai dengan keyakinan nya. 

Jika membaca koran bukan lagi mencari kebenaran karena mereka merasa sudah memiliki kebenarannya masing masing, maka tak ada yang mau baca koran yang selalu menyeleksi apa yang akan diwartakan. Tak mungkin ada hoaks dalam koran. 

Kompas masih tetap menyambangi rumah kita adalah sebuah anugrah. Kita masih bisa berpikir waras. Kita terhindar dari hoaks. 

Untuk itu, ketika hari ini mendapatkan surat sakti bahwa harga langganan dinaikkan mulai bulan Januari 2023, saya akan tetap setia. Karena, dengan Kompas kita masih bisa menghadapi dunia dengan waras. 

Justru doaku adalah semoga Kompas masih bisa tetap hidup dan berjalan dengan tegap menantang zaman. Semoga bisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun