Sebetulnya dia itu masih sepupuku. Anak dari adik bapakku. Namanya Dina. Bahasa Jawa yang artine hari. Katanya karena dia lahir tengah hari bolong.Â
Selama ini tak ada masalah apa apa dengannya. Seperti anak anak yang lain. Bermain lari, gerobak sodor, atau mencari ikan di kali.Â
Mulai agak aneh ketika mulai usia SMP. Aku sendiri memergokinya tak sengaja. Ketika suatu sore aku main ke rumahnya, ternyata dia sedang mencopot kepalanya. Lebih aneh lagi, karena dia punya kepala lebih dari satu. Dia ganti kepalanya dengan kepala yang lain.Â
Kejadian itu tidak pernah aku ceritakan kepada siapa pun. Sampai suatu hari temanku datang ke rumah terburu buru.Â
"Masa Dina mengganti kepalanya? " katanya gugup.Â
Aku hanya tersenyum.Â
"Kamu sudah tahu? "
Aku mengangguk.Â
Setelah itu tak ada cerita lagi. Sampai aku lulus kuliah. Pulang kampung dan di kampung ada keributan karena sekarang Dina lebih senang mencopot kepalanya jika keluar rumah.Â
Tak mau lagi mengganti kepalanya. Sekarang Dina benar-benar hidup tanpa kepala.Â
"Sejak kapan? "
Semua orang menggeleng kalau ditanya seperti itu.Â
Hanya saja, kudengar bahwa Dina melakukan itu sejak dirinya diperkosa pacarnya.Â
Entah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H