Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tanpa Kepala

10 Januari 2023   19:47 Diperbarui: 10 Januari 2023   19:54 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya dia itu masih sepupuku. Anak dari adik bapakku. Namanya Dina. Bahasa Jawa yang artine hari. Katanya karena dia lahir tengah hari bolong. 

Selama ini tak ada masalah apa apa dengannya. Seperti anak anak yang lain. Bermain lari, gerobak sodor, atau mencari ikan di kali. 

Mulai agak aneh ketika mulai usia SMP. Aku sendiri memergokinya tak sengaja. Ketika suatu sore aku main ke rumahnya, ternyata dia sedang mencopot kepalanya. Lebih aneh lagi, karena dia punya kepala lebih dari satu. Dia ganti kepalanya dengan kepala yang lain. 

Kejadian itu tidak pernah aku ceritakan kepada siapa pun. Sampai suatu hari temanku datang ke rumah terburu buru. 

"Masa Dina mengganti kepalanya? " katanya gugup. 

Aku hanya tersenyum. 

"Kamu sudah tahu? "

Aku mengangguk. 

Setelah itu tak ada cerita lagi. Sampai aku lulus kuliah. Pulang kampung dan di kampung ada keributan karena sekarang Dina lebih senang mencopot kepalanya jika keluar rumah. 

Tak mau lagi mengganti kepalanya. Sekarang Dina benar-benar hidup tanpa kepala. 

"Sejak kapan? "

Semua orang menggeleng kalau ditanya seperti itu. 

Hanya saja, kudengar bahwa Dina melakukan itu sejak dirinya diperkosa pacarnya. 

Entah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun