Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikah dan Punya Anak, Hidup Pun Bahagia

20 Desember 2022   05:01 Diperbarui: 20 Desember 2022   05:05 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada orang yang setiap hari ngomel tak karuan. Setelah diselidiki ternyata dia selalu menonton tontonan tentang keluarga yang berantakan. Istri atau suami yang selingkuh. Dan dia juga lebih senang  membaca bacaan yang mirip mirip seperti itu. 

Maka benar jika dikatakan agar kita mencari teman yang baik, menonton tontonan yang baik, dan membaca pun bacaan yang baik. Sehingga dunia yang kita jalani juga kita jalani dengan optimistis. 

Berkeluarga itu indah kalau kita selalu berpikir tentang keindahannya. Jika kita berpikir negatif, bisa jadi hidup berkeluarga akan terimajinasikan sebagai hidup di neraka. 

Pernikahan itu dilakukan oleh dua orang berbeda. Pertama, satu laki-laki dan satunya perempuan. Kalau sesama lelaki atau sesama perempuan pasti dilarang oleh agama atau budaya mana pun. 

Kedua, berasal dari keluarga dengan kebiasaan berbeda. Mungkin suami lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang disiplin tinggi. Sedangkan istri dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tanggungjawab sekaligus kebebasan. 

Jika hendak mencari persamaan boleh, tapi tak perlu dipersamakan atau dipaksakan sama. Pasti akan ada yang terluka. Dan memang tak perlu juga. Untuk apa? 

Saling menyadari akan perbedaan ini yang bisa menjadikan keluarga harmonis. Saling menghargai perbedaan. 

Masih banyak keluarga yang hidup dalam kedamaian. Tapi keluarga yang damai ini kan tak pernah dijadikan tontonan? 

Dalam Al Quran sendiri kan sudah disebut bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan itu untuk saling mendamaikan. Seorang suami menjadi damai ketika berjumpa istri. Juga sebaliknya. 

Keluarga akan semakin damai jika di antara pasangan itu muncul makhluk mungil. Buah kasih sayang bersama. 

Anak bukan beban. Anak itu anugrah. Tanpa anak, sebuah keluarga pastilah belum lengkap. 

Hanya saja, saat ini cukup banyak pasangan yang berpikir bahwa anak itu beban. Mereka merasa hidup mereka sendiri masih sengsara. Belum bisa mapan, belum punya apa-apa. 

Mereka lupa bahwa janji Tuhan untuk memberikan rizki bagi setiap makhluknya. Rizki anak bukan dari ayah dan ibunya. Rizki anak itu dari Tuhan. Kadang dititipkan melalui kita sebagai orang tuanya. Kadang juga langsung padanya. 

Dua anak muda yang baru lulus kuliah akan berjuang untuk mendapatkan pekerjaan. Memang sulit mendapatkan pekerjaan. Perlu perjuangan. Tapi menghadapi semua itu berdua bersama pasangan pasti lebih indah. 

Pasangan baru memang belum mapan. Tapi kebahagiaan justru muncul dari suara tawa makhluk kecil yang merupakan buah kasih sayang sepasang suami-istri. Kebahagiaan tidak selalu berupa kemapanan. 

Menikahlah untuk kedamaian hidup. Berketurunan lah untuk lebih melengkapi kedamaian tersebut. Segalanya pasti indah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun