Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasib Sial PKS

10 November 2022   05:07 Diperbarui: 10 November 2022   05:09 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau dipikir pikir, memang sial juga nasib PKS. Setiap partai, ketika berkoalisi tentu berharap ada keuntungan yang didapat. Walaupun kadang kerugian juga. Akan tetapi, berkoalisi dapat juga diartikan jika untung dinikmati bersama dan jika rugi ditanggung renteng juga. 

Dapat dikatakan lebih dari 5 tahun PKS bergandengan tangan dengan Gerindra menjadi partai oposisi terhadap pemerintahan Jokowi. PKS memang mendukung Prabowo sebagai capres, waktu itu. Bersama Gerindra, Golkar, PPP, dan beberapa partai lainnya. 

Setelah Prabowo kalah dalam kontestasi pilpres, hanya PKS masih berjalan seiring dengan Gerindra sebagai oposisi. Golkar bahkan sudah berbalik menjadi partai pendukung pemerintah. Demikian juga dengan PPP. 

Ketika pemilihan gubernur DKI, PKS juga masih setia beriringan jalan bersama Gerindra. PKS bahkan berkorban cukup besar untuk koalisi mendukung cagub DKI. Kadernya yang sudah digadang gadang menjadi cawagub pun ditarik. 

Calon yang diusung akhirnya Anies-Sandi. Anies yang independen karena tak punya partai didampingi Sandi yang merupakan kader Gerindra. PKS tak dapat apa apa. 

Tapi menang pilgub DKI. 

Di perjalanan, Sandiaga Uno yang sudah menjadi pasangan Anies di DKI mundur karena ikut pilpres sebagai cawapres Prabowo. Berarti kursi orang nomor 2 DKI kosong. Kabarnya akan dijatahkan untuk kader PKS. 

Namun mendadak alot. Perkembangan di DPRD melewati jalan lain. Prabowo sudah masuk menjadi anggota kabinet Jokowi. Sudah tidak ada oposisi kecuali PKS. Demokrat sendiri tidak memiliki kelamin yang jelas, waktu itu. 

Bukan kader PKS yang akhirnya terpilih menggantikan Sandiaga Uno untuk mendampingi Anies. Perkembangan politik justru melempangkan jalan kader Gerindra yang sudah bermesraan dengan partai pemerintah. 

Sekarang, PKS sedang membangun koalisi dengan Nasdem dan Demokrat. Untuk capres sudah dapat dipastikan tak berubah. Karena Anies yang memiliki elektabilitas tertinggi. 

PKS tentu berharap tidak bernasib sial kali ini. Masa iya kalau rugi dapat tapi untung tak pernah menghampiri? 

Pertempuran sedang terjadi dalam koalisi. Perebutan cawapres menjadi pertaruhan. Karena, partai yang tidak punya tautan terhadap capres cawapres pasti tak akan dapat apa apa dari koalisi yang dibangunnya. Terus, untuk apa berkoalisi kalau hanya untuk merugi? 

Wajar jika muncul isu kemungkinan PKS akan pindah ke koalisi Gerindra-PKB. Mungkin hanya gertakan untuk meningkatkan daya tawar. Tapi, bisa juga beneran. 

Entahlah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun