Menjadi Islam tidak harus menjadi Arab. Kita harus bisa membedakan antara nilai nilai Islam yang universal dengan budaya Arab yang lokal. Jangan sampai budaya Arab yang lokal terus dipaksakan menjadi budaya universal.Â
Para penyebar Islam di negeri ini memasukkan nilai nilai Islam ke dalam budaya lokal. Sehingga tak pernah terjadi benturan budaya. Yang terjadi justru mempertebal budaya tersebut.Â
Misalnya saja, ketika orang Indonesia memakai peci kupluk, tidak diganti dengan penutup kepala yang menjadi budaya Arab. Kain sarung yang sudah biasa dipakai orang Indonesia juga tetap dilestarikan.Â
Bahkan wayang yang ceritanya berasal dari agama Hindu tidak ditolak. Para wali memasukkan ajaran-ajaran Islam pada pertunjukan wayang yang sudah mendarah daging dalam kehidupan orang Indonesia.Â
Santri adalah mereka yang mau menuntut ilmu agama. Biasanya mereka bermukim di pondok pesantren. Jika dulu hanya menuntut ilmu agama, sekarang hampir semua pesantren memiliki sekolah umum.Â
Santri bisa meneruskan pendidikan ke Perguruan Perguruan tinggi negeri, bahkan sudah banyak yang ikut bersaing mencari ilmu di negeri asing.Â
Walaupun mereka menuntut ilmu di negeri asing, para santri selalu terlihat ciri kesantriannya. Memakai peci kupluk ala Indonesia. Memakai sarung ala Indonesia.Â
Gus Dur sendiri merupakan figur santri yang paling maju pemikiran nya. Upaya upaya Gus Dur untuk menjadikan Islam yang Indonesia sangat patut diacungi jempol. Serbuan ajaran-ajaran wahabi dengan dana trilyunan sangat mengkhawatirkan.Â
Sementara di wilayah Arab sendiri, terjadi benturan yang tiada akhir karena ajaran-ajaran agama yang berbeda. Â Seakan tak ada jalan terang untuk menyatukan antara Suni dan Syi'ah. Walaupun korban sudah terlalu banyak.Â
Islam Indonesia yang ramah dan teduh . Yang selama ini dijaga oleh para santri harus kita syukuri. Tanpa penjagaan Islam Indonesia maka akan terjadi gesekan tak perlu seperti terjadi di Arab sana.Â