Jasadnya terkapar di rumah itu. Darah berceceran di sana sini. Barang-barang hampir semuanya berantakan.Â
Lalu kami lihat CCTV yang ada di ruangan itu. Untung CCTV-nya tidak rusak, sehingga saya bisa melihatnya dengan jelas.Â
Ternyata ada Pingki, Sarli, Gino.Â
Saya agak bergidik juga melihat proses pembunuhan yang terekam CCTV tersebut.Â
Pada mulanya Pingki yang memasuki ruangan. Dia celingak celinguk seakan takut jika ketahuan. Kemudian pelan pelan dia menangkap lehernya. Dalam sekali tangkap.Â
Tak begitu lama datang Sarli dan Gino yang saling berkejaran. Saat melihat Pingki, keduanya kaget. Hendak mundur tapi terlihat diurungkan. Karena Pingki sudah mengenalinya.Â
Lebih terlihat kaget lagi ketika Sarli dan Gino melihatnya dicengkeram Pingki.Â
Hanya sebentar, karena Sarli dan Gino kemudian maju melangkah mendekati Pingki.Â
Sarli mulai ikut mencengkeram. Di perutnya. Hingga dia tak berkutik. Menjadi semakin tak berkutik ketika Gino juga menerjangnya.Â
Itulah nasib ikan hiasku yang berakhir di mulut Pingki, Sarli, dan Gino. Tiga kucing yang selalu mondar mandir di rumah.Â