Mantan ketua umum PSSI sudah menjadi gubernur. Ketua PSSI sedang mengincar kursi gubernur. Sebuah kabar yang menyesakkan dada.Â
Kabarnya PSSI itu sebuah organisasi profesional yang mengurusi bola. Jika bermain politik, maka permainan politik yang dilakukan adalah politik sepakbola. Tak ada lain dan tak ada bukan.Â
Maka, pada saat itu, semua warga negara yang begitu mencintai bolasepak akan berteriak kegirangan menyambut aneka kemenangan demi kemenangan yang sangat gemilang. Kekalahan sudah hilang begitu lama dari kamus yang dipegang PSSI tentang bolasepak negeri ini.Â
Orang orang yang berkantor di PSSI tidak berpikir tentang selain bolasepak. Di kepalanya yang sudah mirip bola hanya berputar putar bola demi bola. Bahkan selentingan pikiran tentang kehidupan keluarganya saja kadang diletakkan dulu dengan kesabaran untuk rela dibelakangkan.Â
Demikian itulah politik bolasepak. Â Beda dengan apa yang tertulis di awal tulisan. Karena ada tanda tanda bahwa PSSI cuma dijadikan kendaraan politik ketua umumnya untuk loncat ke kursi yang lebih empuk lainnya.Â
Bolasepak tak pernah sungguh-sungguh dipikirkan. Kalaupun dipikirkan hanya merupakan lintasan lintasan pikiran dengan jangka yang begitu pendek.Â
Bahkan hanya realiatas realiatas praktis pragmatis. Kini dan di sini harus begini.Â
Maka, tampilan anak anak muda yang begitu gigih akan ditunggangi sana sini sebagai titipan keberhasilan mereka. Klaim demi klaim muncul tanpa perasaan malu sedikitpun. Sehingga hanya menjadi bahan candaan dan tertawaan di warung kopi.Â
Politik bolasepak sudah menjadi bolasepak politik. Setiap saat akan muncul dua kelompok yang pro dan kontra. Setiap saat akan muncul saling sindir dan saling maki.Â