Kami nikmati sore hari untuk mengabadikan panorama di Bukit Savana Pulisan tersebut. Â Kapan lagi bisa ke sini, selain melalui sebuah mimpi? Eh, bisa juga sih kalau tulisan ini lolos. Â Tapi terlalu memaksakan harapan. Biarlah.
Karena waktu sudah sore, kami kembali ke penginapan bersama teman-teman penlis kompasiana yang lolos berjumlah sepuluh orang. Â Ini waktunya menikmati makanan tradisional Likupang atau Minahasa. Â Beberapa makanan sudah rapi tersedia di meja. Â Ada makanan yang paling menarik minak saya. Â
Namanya Cakalang Fufu. Â Ikan cakalang yang diasapin. Â Dimakan bersamaan dengan nasi putih dan sambal dabu-dabu. Â Sampai di lidah, pasti akan keluar kata-kata "Wonderful Indonesia". Â Tak mungkin disangkal lagi. Â Makanya, kalau wisata cukup di Indonesia Aja. Â
Ini makanan sore, kalau pagi, besok akan disediakan Tinutuan (lebih dikenal dengan bubur Manado). Â Ada juga Pisang Goroho dengan Sambal Roanya. Â Ada Panada. Ada Lalampa. Ada nasi kuning. Ada juga Binte Boluhua. Â Asyik kan? Â Tak sabar menunggu pagi.
Likupang memang layak menjadi destinasi super prioritas atau DSP Likupang. Â Karena Tuhan telah mengaruniai bentang alam yang begitu mempesona. Â Bukan hanya di daratan atau di pantainya, alam bawah lautnya juga lebih mempesona lagi. Karena masih benar-benar alami. Â Bukan hanya alami, tapi ekosistem lautnya masih terjaga dengan baik. Â Salah satu bukti hal tersebut adalah ketika pada tahun 2007 ditemukan penyu hijau. Â Penyu hijau kabarnya hanya bisa hidup dalam sebuah ekosistem yang sehat. Â Sebagian kecil keindahan Sulawesi Utara atau Nort Sulawesi.
Kami diajak ke pantai Paal yang kondisi masih begitu alami. Â Dengan pasir putihnya yang menyejukkan hati. Â Selain pantai Paal, di Likupang sendiri banyak terdapat pantai yang tak kalah mempesonannya. Â Seperti pantai Pulisan, pantai Surabaya (saya pikir kesasar ke Jawa Timur, ternyata memang benar-benar ada pantai Surabaya di Likupang. Â Mungkin ada sejarahnya yang meantik. Kapan-kapan kita kulik.)