Masih banyak orang berpikir untuk menang. Padahal, berpikir untuk menang adalah awal sebuah bahaya dalam setiap pertandingan olahraga. Apa pun olahraga nya. Termasuk sepakbola, tentunya.Â
Ketika tim sepak bola nasional kalah telak dari Thailand, maka banyak orang kecewa. Bahkan ada yang ngamuk hingga televisi nya ditendang. Tak ada berupaya untuk mengatakan bahwa bukan kemenangan yang dituji dalam sebuah pertandingan.Â
Seorang pemain sepak bola ngamuk hingga memukul wasit ketika tim sepakbola nya dihadiahi tendangan pinalti. Sementara waktu pertandingan tinggal detik-detik terakhir. Yang ada dalam otak para pemain dari tim yang dihadiahi tendangan pinalti hanyalah kekalahan. Dan setiap kesalahan adalah tumpukan rasa malu yang menggunung.Â
Bahkan tim sepak bola nasional kita, bersama tim sepak bola Thailand pernah main bola gajah. Dua tim nasional ini bertanding dengan semangat mengalah untuk menang. Keliatan nya memgalah tapi di balik kemengalahannya tersimpan napsu untuk menang. Kedua tim dengan rasa mali yang nyaris ludes masukkan bola ke gawang sendiri.Â
Menang itu napsu. Setiap napsu akan beranak pinak. Salah satunya adalah curang. Keinginan menang menjadikan semua jalan dianggap halalan watoyiban. Wal wal keduwal. Mbuh kambing, mbuh kadal. Sakabehe diuntal.Â
Terus bagaimana?Â
Di atas kemenangan adalah bermain bagus. Permainan bagus akan selalu dapat pujian. Meskipun kalah. Seperti kekaguman kita pada penjaga gawang Singapura, Sunny. Tim Singapura kalah dan gawang Sunny dibobol hingga 4 kali, tapi kehebatannya tetap terpancar terang.Â
Mulailah untuk berpikir tentang bermain bagus. Apakah dengan bermain bagus pasti menang? Belum tentu. Abaikan saja kemenangan. Bermainlah bagus, sehingga kemenangan cuma buah.Â
Kalau menang, alhamdulillah. Kalau kalah, tidak pernah jalan tertunduk karena malu. Karena permainan sudah demikian bagusnya.Â
Mampukah kita untuk hanya berharap tim sepak bola nasional bermain baik pada hari Sabtu nanti?Â